Menteri Agama Menjadi Keynote Spaker Dalam Kongres Mahasiswa PTKI

24

Menteri Agama Menjadi Keynote Spaker
Dalam Kongres Mahasiswa PTKI

Palembang—Para aktivis kampus yang tergabung dalam Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) tengah menggelar kongres dari tanggal 9 s.d 13 Oktober 2017.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin didaulat menjadi Keynote Speaker dengan tema “Islam Wasathoniyah dalam Mengokohkan Konsensus Bernegara” dihadapan kurang lebih 2.500 mahasiswa, Rabu (11/10) di Auditorium UIN Raden Fatah Palembang.

Menag memulai ceramahnya dengan membacakan puisi “Takut ‘66 Takut ’98” karya penyair Taufiq Ismail: Mahasiswa takut pada dosen/Dosen takut pada dekan/Dekan takut pada Rektor/Rektor takut pada menteri/Menteri takut pada Presiden/Presiden takut pada Mahasiswa, yang disambut gemuruh tepuk tangan mahasiswa.

Berkat perjuangan mahasiswa kata Lukman Hakim Saifuddin lahirlah era reformasi, namun sekarang kita hidup di era globalisasi yang hampir tanpa batas, wilayah, geografi dan administrasi. Apalagi didukung dengan alat teknologi informasi yang sangat memudahkan.

“Kita hidup di era yang tidak pernah dihadapi oleh kakek nenek kita, bahkan oleh bapak dan ibu kita”, kata Menag. Tuhan tidak lagi menciptakan hutan, lautan dan tempat tinggal karena sumber daya alam terbatas dan menyusut.
Akibatnya persaingan menjadi sangat keras dengan seluruh warga dunia. “Siapapun yang paling unggul atau yang ter itulah yang akan menjadi pemenangnya” kata Lukman.

Dipaparkan lebih lanjut oleh Lukman Hakim, agama menempati posisi yang relevan dan urgen disetiap zaman. Para pendiri bangsa menjadikan kebangsaan sebagai tali pengikat juga di dukung faktor agama. Apapun agamanya pemeluknya menjunjung tinggi nilai agama yang berdialektika dengan kearifan lokal.

Menteri Agama prihatin, bangsa ini telah terkuras habis energinya untuk memikirkan konflik yang berkepanjangan. Agama kata Lukman Hakim telah dijadikan alat oleh pihak-pihak tertentu untuk mencari perbedaan, menegasikan yang lain dan meniadakan keragaman. Agama juga kerap dijadikan alat pembenar (truth claim) untuk kepentingan politik.

“Kita sebagai warga yang mayoritas muslim, menjadi pihak yang bertangungjawab untuk menjaga kedamaian sebagaimana dicontohkan oleh para pendiri bangsa” harap Lukman. Banyak bangsa di dunia hancur, bukan karena ditaklukan oleh musuh, namun karena mereka tidak mampu menjaga konflik intrnalnya dengan baik.

Lukman Hakim Saifuddin mengajak para mahasiswa Islam, agar memiliki perspektif yang luas tentang Islam. Islam adalah agama yang menebarkan rahmat dan kasih saying, yaitu Islam aswaja yang menjunjung tinggi tawasut, tasamuh, tawazun dan i’tidal.

Walaupun kata Menag, biasanya tantangannya kaum moderat adalah kurang militan, namun kaum moderat tidak boleh diam. “Anda semua mahasiswa harus bicara lantang menebarkan kedamaian, menjaga harmoni sebagai cerminan Islam yang wasatiyah (moderat)” ajak Lukman Hakim Saifuddin.

Tampak hadir mendampingi Menteri Agama RI Syairozi Rektor UIN Raden Fatah Palembang, Gugus Joko Waskito Stafsus Menteri Agama, Khoirul Huda Basyir Sekretaris Menteri Agama, Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan dan Ruchman Basori Kasi Kemahasiswaan Diktis. (Pipo).