Menjadi Jurnalis Itu Mulia

176

BANDUNG – Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat Deni Ahmad Haidar menegaskan bahwa menjadi seorang penulis dan berperan sebagai jurnalis pada dasarnya memiliki kedudukan yang mulya. Hal ini selaras dengan ajaran dan tradisi para ulama yang harus dijadikan teladan oleh kader-kader Ansor.  “Ulama klasik telah mengingatkan bahwa tinta Ulama lebih mulya daripada tetesan darah para syuhada.

Ini merupakan pesan simbolik bahwa setetes tinta dilambangkan sebagai puncak kemuliaan dan keagungan dibandingkan dengan darah syuhada yang tercurah di medan Perang. Artinya kedudukan seorang penulis yang mengabadikan tulisannya sebagai alat perjuangan lebih tinggi dari kedudukan para syuhada.

Maka dengan demikian, menjadi jurnalis yang menjungjung kebenaran, menyampaikan suara keadilan adalah tugas kenabian”, kata Deni saat memberikan amanat dalam pembukaan Seminar Jurnalisme pesantren, Training Jurnalistik dan Bimtek Manajeman Database Anggota PW Ansor Jabar yang digelar di Gedung dakwah PWNU Jabar, Kota Bandung, jum’at (09/09/2016) siang.

Kemudian, sahabat Deni juga mengajak kepada para peserta pelatihan untuk membangun tradisi baru dalam berorganisasi dengan produktif menulis. “Hidup kita dihitung karena ada tapak (red: jejak), tapak kita ke akan dihitung dan ditentukan sejauhmana produktiftifitas kita hari ini dalam menghasilkan sebuah karya. Dan menulis merupakan sebuah karya yang jejaknya akan abadi”, kata Deni.

Kegiatan pesantren jurnalistik ini, selain diikuti oleh masing-masing dua orang delegasi Pimpinan Cabang se Jawa Barat, juga diikuti perwakilan dari PKC PMII Jawa Barat, PW Fatayat NU Jabar,PW IPPNU, dan PW IPNU.  Sebelum digelar pelatihan, dilaksanakan terlbih dahulu kegiatan seminar dengan mengangkat tema tentang jurnalisme pesantren dengan menghadirkan narasumber KH.Dr.Marzuki Wahid, MA (sekretaris PP Lakpesdam NU) dan Budhiana Kartawijaya (Kepala Pusat Data dan Riset HU Pikiran Rakyat Bandung). (edi)