MENJADI DENWATSAR MENJADI WANITA LUAR BIASA

1140

Kegiatan ngepam denwatser di kecamatan sukasari

Jum’at 1 November 2019 ; Penceramah : Dra.Neneng Maryam Junariah ; Ketua Muslimat NU kecamatan Tanjungsari

Dalam rangka memperingati maulid Nabi Besar Muhammad sholallohu’alaihi wasalam, di dusun pasir baki desa banyuresmi kecamatan sukasari Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan disambut antusias oleh masyarakat setempat. Tak luput hadir pula ketua PAC GP ANSOR kecamatan sukasari Oma Komarudin,S.Pd didampingi Wakabid O.K Suryana,S.Pd.I serta jajaran kasatkoryon Banser dan Denwatser kecamatan sukasari, Asep Rustandi (Abeh) sebagai kasatkoryon banser sukasari hadir beserta anggota dan tak luput hadir pula Noviyanti sebagai Kasat Denwatser beserta Ayi Herlina (wakil) dan para Anggotanya.

Ini merupakan hal yang luar biasa sepanjang sejarah Ansor Banser dikecamatan sukasari. Denwatser Melakukan Ngepam yang perdana secara Langsung,meski sebelumnya Denwatser sudah sering sekali melakukan ngepam atau pengawalan di acara-acara peringatan hari besar islam dan acara KeNU-an lainnya,yang mana Denwatser biasanya hanya melakukan kegiatan pendampingan didalam acara Ngepam Banser saja, yang notabene peringatan keagamaannya biasanya penceramahnya adalah Para Kiyai dan Ajengan. Bukan hanya itu saja kegiatan Ngepam Denwatser ini juga merupakan sarana dakwah dan motivasi bagi para pemuda dan pemudi disekitar, juga dengan adanya Denwatser yang mengawal Ustadzah diatas panggung,itu artinya sekaligus menunjukan Exsistensi KeNU-an di wilayah kecamatan sukasari sebagaimana kita ketahui bahwa jantungnya Suatu organasisasi adalah dengan adanya kaderisasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan.Oma Komarudin,S.Pd menuturkan

Ini sejalan dengan yang disampaikann kepala koordinasi Nasional ( Satkornas) Barisan Ansor Serbaguna ( Banser) H.Alfa Isnaeni yang disampaikan saat diklatsar denwatser pertama di Trenggalek waktu itu.

Kasatkornas Inginkan Diklatsar Denwatser Jadi Proyek Nasional

Sabtu 17 Maret 2018 11:30 WIB Bagikan: Trenggalek, NU Online

Kepala Koordinasi Nasional (Satkornas) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) H Alfa Isnaeni, menegaskan bahwa Pendidikan dan Latihan Dasar Denwatser (Detaseman Wanita Banser) di Trenggalek yang diselenggarakan 16 hingga 18 Maret, merupakan pengkaderan perdana. Lantaran pertama di seluruh Indonesia, hendaknya bisa menjadi pilot projek diklat seluruh tanah air. “Karena baru pertama, tentunya banyak kekurangan di lapangan. Namun demikian, kami berharap ini menjadi diklat percontohan tingkat nasional,’’ kata Kasatkornas saat pembukaan Diklatsar Denwatser di Halaman Madin At-Taqwa/SDN 4 Desa Mlinjon, Trenggalek, Jumat (16/3). Menurut Alfa, sapaan akrabnya, banyak yang membedakan antara Diklat Banser dan Denwatser khususnya tatalaksana pelatihan di lapangan. Mulai kaidah fiqih dan pelatihan fisiknya. “Kaidah fiqihnya harus diperhatikan. Mana yang boleh dilakukan, mana yang tidak. Begitu juga untuk pembinaan fisiknya. Jangan disamakan dengan Diklatnya Banser,’’ tegas mantan Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jatim ini. Diklatsar Denwatser diikuti 92 peserta dari berbagai utusan Pimpinan Anak Cabang dan Ranting Fatayat NU di Trenggalek. Mereka dididik mendalami lima materi pokok pelatihan, yakni pendidikan Ahlussunnah Wal Jama’ah Annahdliyah, ke-NU-an, kefatayatan, kemuslimatan dan keansoran, Denwatseran dan materi bela negara dan wawasan kebangsaan. Ikut hadir pada acara pembukaan ini jajaran pengurus NU beserta Banom. Dari jajaran pemerintah tampak juga Dandim Trenggalek, Wakapolres dan lainnya. “Ibu-ibu Muslimat NU dan Fatayat NU juga harus ikut mengawasi dan mengisi materi. Biar peserta gamblang soal organisasi Muslimat dan Fatayat NU beserta tatalaksananya,’’ katanya. Sementara itu Kepala Corp Provost Banser Nasional, H Imam Kusnin Ahmad, di tempat yang sama menyampaikan “Denwatser merupakan wadah pengkaderan perempuan NU yang berjuang dalam bidang kemiliteran”. Denwatser bermula sejak tahun 1960-an. “Dulu Denwatser bernama Barisan Perempuan NU Militer.

kegiatan Susbalan Denwatser Kabupaten bandung 2019
kegiatan Susbalan Denwatser Kabupaten bandung 2019

Pada saat itu negara membutuhkan perempuan yang berjiwa militer guna menghadapi serangan wanita PKI atau Gerwani,” katanya. Setelah PKI tumpang, Orde Baru menginstruksikan kepada seluruh warga Indonesia bahwa tugas kemiliteran adalah tugas TNI. Hal tersebut menyebabkan perempuan militer NU dirasa tidak dibutuhkan lagi sehingga tidak ada pengkaderan, lama-kelamaan akhirnya hilang. “Sebelum munculnya PKI, sebenarnya perempuan NU telah ada yang berjuang dalam bidang kemiliteran, yaitu Nyai Hj Asmah Sjahrunie. Beliau aktif dalam Fujinkai (Barisan Perempuan Militer bentukan Jepang). Dalam NU sendiri, beliau aktif di Konsulat NU naungan Nahdlatul Oelama Muslimat tahun 1952,’’ kata Kang Kusnin. Menurutnya selain Asmah, ada lagi tokoh Fatayat NU yang turut aktif dalam latihan militer yaitu Nyai Hj Asnawiyah. Ia turut aktif dalam latihan militer untuk menghadapi revolusi di Indonesia pada tahun 1952. Dirinya dilatih menembak, mengaktifkan granat, dan memadamkan kebakaran. “Zaman berganti, tantangan lama hilang, muncul tantangan baru. Bangsa Indonesia kembali membutuhkan perempuan dibuktikan dari munculnya kembali kader-kader wanita NU militer di berbagai daerah di Indonesia. Untuk itu Denwatser dihidupkan lagi dengan tugas yang berbeda,’’ katanya. Dasar yang digunakan, lanjut aktifis pers ini, adalah hasil Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Lombok NTB 23-25 November 2017. Karena pada saat itu para ulama memberikan ruang lingkup kepada kader perempuan NU militer dengan nama Detasemen Wanita Banser (Denwatser NU) yang garis komandonya langsung di bawah Ansor dan Banser. “Bersama Banser, Denwatser akan saling melengkapi dalam menjadi benteng ulama dan NKRI. Kader laki-laki dan perempuan NU militer yang saling bekerjasama diharapkan akan semakin mengkokohkan benteng negara ini,’’ tegasnya. Untuk menguatkan bahwa Islam membolehkan perempuan berlatih militer. Sejak zaman Rasululloh SAW sudah ada pejuang Islam perempuan. Mereka bukan hanya pandai membaca Al Qur’an, tapi jago pedang, berkuda dan memanah, dan tidak sedikit yang juga menjadi dokter yang pintar mengobati para sahabat yang terluka di medan perang. Bahkan, ada di antara mereka yang terpotong tangannya karena melindungi Rasulullah. Misalnya Nusaibah Binti Ka’ab Ansyariyah si jago pedang , Kaulah Binti Azur atau yang terkenal dengan kasatria berkuda hitam (the black rider). Di tanah air ada Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Dewi Sartika dan Nyi Ageng Serang. “Semoga para peserta nanti menteladani semangat para pahalawan Islam di atas. Tentungan dengan semangat mempertahankan ajaran Ahlussunah Wal Jamaah dan NKRI,’’ harapnya. (Imam Kusnin Ahmad/Ibnu Nawawi)

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/87325/kasatkornas-inginkan-diklatsar-denwatser-jadi-proyek-nasional

Konten adalah milik dan hak cipta www.nu.or.id

DENWATSER YANG LULUS SUSBALAN DIKABUPATEN SUMEDANG

DENWATSER NU, unit khusus banser

Foto denwatser saat kegiatan peresmian kantor MWCNU Kecamatan Cimanggung

DENWATSER merupakan wadah pengkaderan wanita-wanita NU yang berjuang dalam bidang kemiliteran.

Denwatser bermula sejak tahun 1960-an. Dulu Denwatser bernama Barisan Perempuan NU Militer. Pada saat itu negara membutuhkan wanita-wanita yang berjiwa militer guna menghadapi serangan wanita PKI (Gerwani). Setelah PKI tumpas, orde baru menginstruksikan kepada seluruh warga Indonesia bahwa tugas kemiliteran adalah tugas TNI. Hal tersebut menyebabkan wanita-wanita militer NU dirasa tidak dibutuhkan lagi sehingga tidak ada pengkaderan, lama-kelamaan akhirnya hilang.

Sebelum munculnya PKI, sebenarnya wanita NU telah ada yang berjuang dalam bidang kemiliteran, yaitu Nyai Hj. Asmah Sjahrunie. Beliau aktif dalam Fujinkai (Barisan Perempuan Militer bentukan Jepang). Dalam NU sendiri, beliau aktif di Konsulat NU naungan Nahdlatul Oelama Muslimat tahun 1952.

Selain Ibu Asmah, ada lagi tokoh Fatayat yang turut aktif dalam latihan militer yaitu Nyai Hj. Asnawiyah. Beliau turut aktif dalam latihan militer untuk menghadapi revolusi di Indonesia pada tahun 1952. Beliau dilatih menembak, mengaktifkan granat, dan memadamkan kebakaran.

Zaman berganti, tantangan lama hilang, muncul tantangan baru. Bangsa Indonesia kembali membutuhkan wanita-wanita militer, dibuktikan dari munculnya kembali kader-kader wanita NU militer di berbagai daerah di Indonesia.

Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Lombok NTB pada tanggal 23-25 November 2017 memberikan ruang lingkup kepada kader-kader wanita NU militer dengan nama Detasemen Wanita Banser (Den. Watser NU) yang garis komandonya langsung di bawah Ansor dan Banser. Bersama Banser, Denwatser akan saling melengkapi dalam menjadi benteng ulama dan NKRI. Kader laki-laki dan wanita NU militer yang saling bekerjasama diharapkan akan semakin mengkokohkan benteng negara ini. *Fatimatuz Zahro*

@keifaro

Sumber: www.nu.or.id dan buku Menapak Jejak Fatayat.

Foto Denwatser saat kegiatan diklatsar dikabupten sumedang

( Noviyanti & Ayi Herlina )

Bertugas Jadi Rominpres / Biro Administrasi dan Personalia

(sumedang 2019)

Menurut Corp Provost Banser Nasional, H Imam Kusnin Ahmad, “Denwatser merupakan wadah pengkaderan perempuan NU yang berjuang dalam bidang kemiliteran”. Denwatser bermula sejak tahun 1960-an. “Dulu Denwatser bernama Barisan Perempuan NU Militer. DENWATSER adalah kepanjangan dari ( Detasemen Wanita Banser ) yang mana fungsi dan aktifitasnya hamper mirip dengan Banser, namun selain itu juga mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam hal melakukan kaderisasi pada kaum remaja ( perempuan) lebih epektif. Dibawah Komando Satuan Denwatser Noviyanti, denwatser kecamatan sukasari berkembang begitu pesat, secara baru seumur jagung berdiri, denwatser kecamatan sukasari dalam catatan terakhir ±sudah mempunyai 25-30 anggota, ini artinya minat dan semangat remaja masuk denwatser begitu besar.

Foto : Kegiatan SUSBALAN DENWATSER

Noviyanti Kasat Denwatser Kabupaten Sumedang, Kecamatan Sukasari

Kedua Dari Kanan

Namun pertanyaan kembali muncul sudahkah ada PO atau AD-ART kah denwatser ini ?

Atau setidaknya sudah ada rancangannya ? ini penting disampaikan agar semangat BerDenwatser semakin pasti kedepannya. Sehingga rasa lelah dan pengorbanan para denwatser saat mengikuti Diklatsar ataupun Susbalan dapat terbayarkan semangatnya.

Mengingat Denwatser ini sudah bermula sejak dulu kehadirannya.

DENWATSER MENGAWAL IBU AJENGAN
SEKALIGUS NGALAP BERKAH

Foto : denwatser saat kegiatan peringatan Maulidan

(Banyuresmi, Sukasari,1 November 2019)

Disela-sela ceramahnya Ustdzah.Dra.Neneng Maryam Junariah memberikan pesan diantaranya,bahwa kita harus senantiasa menjaga ke Khusyuan Sholat 5 waktu kita terutama sholat berjamaah dimasjid bagi kaum laki-laki,juga jangan lupa selalu senang memanjatkan sholawat kepada Baginda alam kanjeng Nabi Muhammad Sholallohu’alaihi wasalam, baik itu pembacaan Al-barjanzi,atau pun bacaan sholawat-sholawat lainnya. Hadirin begitu riuh gemuruh bersenandung bersama saat Ustadzah Neneng melantunkan sebuah sholawat sholi wa salim daiman alahmada..wal ali wal ashhaabiman qadwahada yang sudah begitu familiar ditelinga kita,belum lagi suara tabuhan terbangan yang mengiringinya begitu mendayu-dayu disuasana malam yang hening menambah susasana hati penuh kedamaian. Jam menunjukan 22:30 acara pun berakhir dan kami pulang membawa kedamaian dan keberkahan, semoga… Aaamiin yaa Rabbal’Alamiin

NOVIYANTI & AYI HERLINA

Foto : Saat pelepasan Peserta SUSBALAN DENWATSER di Kabupaten Bandung

(Foto bersama,SATKORWIL BANSER JAWA BARAT, Yudi Nurcahyadi)

Penulis : Suryana

Kabid Organisasi & Kaderisasi

PAC ANSOR Kecamatan Sukasari