MENGAWALI

209

بسم الله الرحمن الرحيم
Atas nama Alloh yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang.
Segala puji hanya milik Alloh, Tuhan yang mengurus dan mengatur sekalian Alam.
Sholawat dan salam semoga Alloh curahkan selalu kepada manusia teladan sepanjang zaman, Nabi Alloh yang Agung, Nabi Besar Muhammad SAW.
Sudah menjadi taqdirku, bahwa desakan situasi diri dan zaman untuk membagi sebagian pengalaman sepiritual yag ada dalam genggamanku.
Karena ternyata, Agama itu ada rasanya, Islam itu ada rasanya, Iman itu ada rasanya, Ihsan itu ada rasanya, Sholat itu ada rasanya. Memasuki wilayah rasa, sudah tidak perlu kata-kata lagi, karena kata-kata itu tidak akan bisa mendeskripsikan wilayah rasa.
Kata-kata yang aku katakan ini, sesungguhnya untuk dilampaui. Bahkan suatu saat nanti, aku tak mau lagi menggunakan kata-kata yang aku gunakan saat ini.
Jika aku masih menggunakan kata-kata untuk menyampaikan pengalaman tentang rasa, berarti yang aku sampaikan itu pasti bukan pengalaman tentang rasa. Wilayah rasa itu harus dialami, harus diselami.
Untuk memasukinya hanya diperlukan sedikit keberanian. Yang tak memiliki keberanian, yang penakut, yang pengecut,  tak akan kebagian pemahaman yang dilahirkan dari suatu pengalaman. Pamahaman tanpa pengalaman adalah semu.
Semoga Alloh meridhoi berbagiku/tulisanku ini. Semoga bermanfaat bagi yang membacany, dan mengantarkan pembacanya kejalan yang diridhoi Alloh SWT.

” KEGELISAHAN KU ”

Alloh berfirman dalam Q.S 2:156 :
“Sesungguhnya kita berasal dari Alloh, dan kita akan kembali kepada Alloh (Inna lillaahi wainna ilaihi roji’uun).”
Aku mencoba merenungi Q.S 2:156 ini. Sesungguhnya aku berasal dari Alloh Yang Maha Suci, berarti awalnya aku pun suci, berarti aku harus suci. Berarti Alloh hanya akan menerima yang suci, jika aku masih kotor dan senang dengan yang kotor-kotor, berarti aku tak akan bisa kembali kepada Alloh. Jangan-jangan, yang menyebabkan aku takut pulang kepada Alloh—–Takut MATI, adalah kekotoranku sendiri. Astaghfirullohal ‘adziim… Semoga Alloh mengampuni segala kesalahanku. Berdasarkan perenunganku itu, Aku berkesimpulan bahwa Q.S 2:156 itu lebih tegas kalau diterjemahkan:

“Sesungguhnya kita berasal dari Alloh, dan kita akan dikembalikan kepada apa yang kita pertuhankan.”

Jika sampai menjelang kematianku, Aku masih mempertuhankan NAFSU ku, HARTA ku, JABATAN ku, GELAR-GELAR yang melekat pada namaku, KEHORMATAN ku, KELUARGA ku, NAMA BESAR ku, POPULARITAS ku, ILMU-ILMU ku, ANAK-ISTRI ku, SAWAH LADANG ku, NAMA BESAR PESANTREN ku, NAMA BESAR YAYASAN ku, NAMA BESAR PERUSAHAAN ku, PERHIASAN DUNIA ku… Berarti Aku belum islam, Belum pasrah, Aku masih terikat oleh semua itu… dan Aku tak akan bisa pulang kekampung Asalku.
Aku memahami bahwa Q.S 2:156 itu kalau digambarkan hakikatnya seperti LINGKARAN. Lingkaran itu harus menjadi filosofis hidup Umat Islam. Membuat lingkaran itu diawali dari satu titik, kemudian membuat lingkaran sempurna, dengan mempertahankan jari-jari konstan, maka pasti akan berakhir di titik yang sama. Berawal dari Alloh dan berakhir pada Alloh. Jika lingkarannya tidak sempurna, maka akhir perjalanan tak akan kembali kepada titik dimana awal perjalanan dimulai. Aku tak ingin perjalanan hidupku seperti sebuah garis, berawal dari satu titik dan berakhir di titik yang berbeda. Hal ini berarti bertentangan dengan konsep INNA LILLAAHI WA-INNA ILAIHI ROJI’UUN.
Aku memahami hal ini ketika aku sedang melihat umat muslim yang sedang menjalankan thawaf mengelilinga ka’bah di masjidil haram. Aku baru sadar bahwa perjalanan thawaf itu sesungguhnya menggambarkan perjalanan hidupku.
Aku harus hidup sebagaimana umat muslim thawaf. Memulai thawaf dari Hajar Aswad. Hajar Aswad melambangkan Goa Garba ibuku. Hajar Aswad melambangkan tempat dari mana aku berasal. Dan lewat “Hajar Aswad”lah Aku terlahir kedunia ini —-terima kasih Ibuku, engkau telah menjadi margalantaran Aku terlahir ke dunia ini sebagai m a n u s i a. Maafkan Aku… belum sempat membahagiakan mu dan berterima kasih kepada mu Ibu ku…
Kemudian Aku harus melewati Multazam—Multazam artinya komitmen. Aku harus selalu berpegang teguh pada janjiku di Alam Lahut, ketika Aku ditanya oleh Alloh SWT Tuhanku: “Apakah Aku Ini Tuhan mu?”, saat itu Aku menjawab: “Ya, Aku bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan ku”.
Agar Aku dapat mengulang persaksianku itu, maka Aku harus melewati Pinti Ka’bah, Pintu Baitulloh. Hal ini melambangkan bahwa Aku harus menemukan Pintu Baitulloh Hakiki yang ada bersama ku, karena Alloh Mengatakan: “QOLBUL MUKMIN BAITULLOH”.
Berarti Aku harus dapat membuka Qolbu ku, Pintu Jiwa ku, ini berarti Aku harus mengadakan perjalanan sepiritual ke-dalam diri ku sendiri, untuk mengetahui SEJATI-KU.
Jika Aku telah berhasil menemukan rumah Sejatiku, maka Aku harus menemukan pintunya dan kunci untuk memasukinya. Kalau Aku telah berhasil memasukinya, maka Aku dapat memasuki maqom Ibrohim dan Hijir Ismail. Selanjutnya Aku akan masuk Rukun Yamani—-Yaman arinya Kanan. Maka Aku harus menerima kitab amalku dari tangan sebelah kananku.
Subhanalloh… Tak ada satu pun perlambang haji itu yang sia-sia, semuanya penuh ma’na.
Perenunganku pada Q.S 2:156 itu, membuat Aku semakin takut dan gelisah. Pertanyaanku adalah: “Jika Aku Mati Dalam Keadaan Kotor, Kemanakah Tempat Pulang Ku? Jika Alloh Tak Menerima Ku, Karena Kekotoran Ku, Dimanakah Aku Berada Setelah Aku Mati?”
Aku semakin takut ketika Aku membaca Q.S 56:83-85:
– فلولااذابلغت الحلقوم( 83)
“Maka ketika nyawamu sampai dikerongkongan”
– وانتم حينئدتنظرون (84)
Kamu Ketika Itu Seharusnya Melihat.
– ونحن اقرب اليه منكم ولكن لاتبصرون (85)
Dan Kami Lebih Dekat Kepada mu. Tetepi Kamu Tidak Melihat.
Merenungi Q.S 56:83-85, Aku semakin takut. Ketika nyawa ku sudah sampai di kerongkongan ku (Ketika sakaratul maut), apakah Aku akan dapat melihat? Apakah penglihatanku saat itu terhijab oleh kekotoran ku? Apakah penglihatan ku terhijab oleh dosa dan kesalahan ku? Padahal Alloh lebih dekat kepada ku daripada urat leher ku.
Kemudian Aku bertanya, mata yang mana yang harus melihat? Apa yang harus Aku lihat?
Jika mata qolbu ku yang harus melihat, BAGAIMANA CARANYA AKU MEMBUKA KELOPAK MAMATA QOLBU KU? SIAPAKAH YANG DAPAT MENGAJARI KU MEMBUKA KETERTUTUPAN MATA QOLBU INI? APA SESUNGGUHNYA YANG MENGHIJAB MATA QOLBU KU? Apakah hal ini ada kaitannya dengan hadist Nabi yang mengatakan:
“ANTAL MAUT QOBLAL MAUT—Belajarlah mati sebelum mati”?
Adakah orang yang mau membantu ku untuk belajar mati sebelum mati?
Aku tak tahan lagi menahan rasa takut, bahkan dada ku semakin sesak, nafas ku menjadi tak teratur, ketika aku membaca firman Alloh yang mengatakan:
ومن كان فى هذه اعمى فهوفى الاخرةاعمى واضل سبيلا
“Dan barangsiapa yang buta (mata qolbunya) di dunia ini, niscaya di akhirat ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (Q.S 17:72)

Bahkan Alloh Yang Maha Bijaksana, menegaskan:
افلم يسيروافى الارض فتكون لهم قلوب يعقلون بهااواذان يسمعون بهافانهالاتعمى الابصر ولكن تعمى القلوب التى فى الصدور
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar ? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang didalam dada. (Q.S 22:46)

Berdasarkan Q.S 22:46, Aku semakin sadar, bahwa Alloh telah menganugerahkan dua pasang mata kepada ku. Satu pasang mata lahir di kepala ku, dan satu pasang lagi mata batin, mata qolbu, mata jiwa, dalam dada ku.
Aku menjadi gemetar, ketika aku merenungi bahwa sesungguhnya sampai saat itu aku belum dapat menggunakan mata qolbu ku untuk melihat. Aku baru dapat menggunakan mata lahir ku untuk melihat. Bagaimana jika waktu hidup ku sudah habis, sementara mata qolbu ku belum dapat melihat ? Aku takut seperti yang digambarkan oleh Alloh SWT. Q.S 56:83-85. Aku takut mengalami hal itu.
“Ya Alloh, pertemukan aku dengan seorang penerus ilmu rosul-Mu, yang dapat membantu ku untuk membuka kelopak mata qolbu ku dalam dada ku, aku ingin dapat melihat, Ya Alloh” Itulah jeritan bathin ku, panggilan jiwa ku yang begitu kering, panggilan qolbu ku yang begitu haus dan lapar akan kebenaran sejati.
Aku akan MATI, Aku akan mengalami SAKARATUL MAUT, Aku akan mengalami ALAM KUBUR, Aku akan DIBANGKITKAN dari alam kubur, Aku akan mengalami semua itu. Karena itu semua adalah sebuah kepastian. Tetapi sampai saat itu… Aku belum menyiapkannya, bahkan sampai sekarang pun… Aku baru belajar menyiapkannya. Aku hanya sibuk mengumpulkan apa yang akan aku tinggalkan. Aku hanya menghabiskan waktu ku untuk perkara-perkara sepele yang sia-sia. Aku telah menghabiskan usia ku untuk memenuhi segala keinginan dan ambisi nafsu ku. Aku belum menyiapkan apa yang akan Aku bawa mati nanti. Aku telah kehilangan banyak waktu ku untuk hal-hal yang tak berguna.

@AlfakirBillah79
UDENAlhamdani
———————————————–