Menag Lukman Hakim Saifuddin Ajak Pimpinan PTKIN Respon Persoalan Aktual Keberagamaan

30

Menag Lukman Hakim Saifuddin Ajak Pimpinan PTKIN
Respon Persoalan Aktual Keberagamaan

Jakarta—Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak Pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia untuk meningkatkan kepeduliannya menyelesaikan problem-problem keagamaan yang aktual di masyarakat.

“Saya belum menemukan bagaimana dampak positif secara langsung keberadaan PTKIN, dalam merespon persoalan aktual keberagamaan di Indonesia secara signifikan”. Ajakan itu disampaikan Lukman Hakim pada Rapat Koordinasi Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam pada Kamis (22/2) di Jakarta.

Dihadapan Rektor UIN, IAIN dan STAIN Lukman Hakim berharap agar jajarannya jangan menghabiskan seluruh energi yang hanya berkutat pada urusan internal perguruan tinggi, tetapi harus memberikan porsi yang cukup pada pengembangan keilmuan.

“Publik harus tahu dan merasakan kehadiran PTKIN dalam perannya menyelesaikan masalah-asalah aktal dengan basis akademik dan berbasis ilmiah”, katanya.

Lukman menyebut beberapa masalah keagamaan yang harus direspon kalangan PTKIN. Misalnya issu diseputar penodaan agama yang membutuhkan pemikiran rumusan apa yang menjadi pokok-pokok agama yang sering diperdebatkan dan bagaimana penyelesaiannya.

Lukman memaparkan dulu 10-20 tahun yang lalu, kita jarang menemukan konflik penodaan agama yang dibawa ke ranah hukum, karena generasi terdahulu mampu menyelesaikannya dengan baik, tetapi sekarang mudah sekali dibawa ke ranah hukum.

Masalah lain lanjut Menag adalah soal pemakaman jenazah WNI Non Muslim yang tidak bisa dimakamkan di kampungnya, karena masyarakat menolak. Bagaimana sebaiknya merspon ini, regulasinya seperti apa di negara dengan mayoritas berpenduduk muslim.

Lukman juga menyingung adanya fenomena dakwah agama yang kurang ramah dan cenderung intoleran yang dilakukan oleh segelintir dai-dai. “Saya membutuhkan rujukan basis akademik yang kuat tentang masalah-masalah keagamaan itu sebagai basis pengambilan kebijakan”.

Kamaruddin Amin Direktur Jenderal Pendidikan Islam mengatakan pada tahun 2019 merupakan akhir dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). “Secara umum target perluasan akses kita telah melampauan batas, misalkan jumlah mahasiswa kita telah mencapai 1 juta lebih”, katanya.

Kamaruddin menegaskan tantangan kita adalah mutu dan kualitas, karenanya segala program dan penganggaran harus berorintasi pada peningkatan mutu, baik dari sisi kelembagaan, sumber daya manusia, produksi ilmu pengetahuan, dan mutu pembelajaran.

Dari sisi kelembagaan, Guru Besar Hadits ini berharap agar semakin banyak PTKIN yang mendapatkan akreditasi institusi A. Saat ini baru empat PTKIN yang mendapatkan akreditasi A, yaitu UIN Sunan Kalijaga, UIN Syarif Hidayatulloh, UIN Malang dan UIN Alauuddin Makasar.
“Saat ini kita baru memiliki 405 profesor dan 4000 doktor yang yang ada, karenanya kita harus mengakselerasi peningkatan guru besar”, tandas Kamaruddin.

Kamaruddin berharap untuk kepentingan produksi ilmu pengetahuan pada tahun anggaran 2019 mencanangkan penulisan 1000 buku yang di susun oleh akademisi PTKIN, selain peningkatan penelitian dan penulisan jurnal-jurnal internasional.

Rapat koordinasi berlangsung tanggal 21-22 Februari 2019 dan diikuti oleh 58 Rektor/Ketua PTKIN se-Indonesia dan para pejabat Eselon II, III, IV dan JFU Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. (RB).