Masjid Zhenjiao di Hangzhou, Catatan Perjalanan Ketua PBNU ke Cina

338

Oleh : HM. Sulton Fatoni, M.Si

Hangzhou,
Disebut juga Masjid Phoenix, tertua kedua setelah masjid Huaisheng di kota Guangzhou yang dibangun tahun 627M oleh sahabat Saad bin Abi Waqqash sekaligus di masjid itulah beliau dimakamkan. Masjid Zhenjiao dibangun era Dinasti Tang (618-907).

Saya terkesan dengan tata disain dan arsitektur lingkungan masjid Phoenix. Mula-mula jalan raya lalu kita masuki gapura kompleks masjid yang cukup asri. Jalan kaki menuju pintu gerbang masjid kira-kira sepanjang 300 meter. Jalannya cukup lebar dengan batu-batu yang tertata rapi.

Satu sisi jalan terdapat sungai kecil berair jernih, deretan toko oleh-oleh yang dirindangi pepohonan yang berderet di bahu kanan-kiri jalan.

Kemudian memasuki pintu gerbang masjid, terdapat bangunan yang kanan-kirinya dihiasi dengan situs budaya dan catatan sejarah masjid.

Sedikit ada lorong lalu bersambung dengan halaman masjid yang kanan-kirinya terdapat bangunan yang bisa difungsikan madrasah. Baru kita memasuki pintu masjid.

Di pengimaman masjid tertulis ayat al-Quran yang masih belum mengalami pemugaran sejak masjid didirikan. Sisi kanannya terdapat mimbar lengkap dengan tongkat “ansitu”. Sudah dua kali saya ketemu tongkat “ansitu” di dua masjid, yaitu di Shanghai dan Hangzhou.

Imam masjid Phoenix, Syaikh Maksum sangat gembira menyambut kami. Syaikh Maksum berdiskusi cukup lama dengan Kiai Said Aqil tentang keislaman dan kebudayaan. Kata Kiai Said Aqil lirih ke saya, “Dia alim, padahal belajar ke Mesir cuma tiga bulan.”

Saya memang menyaksikan kedua kiai beda negara itu membaca teks Arab, membedah nahwiyah-nya, shorrof, balaghah, sedikit bantah-bantahan tentu dengan selingan tawa.

Diskusi ringan kedua tokoh muslim Indonesia-Cina ini menguak realitas tentang negeri Cina yang makin menghormati hak warganya menjalankan keyakinan agamanya.

“Bahkan di setiap ibadah sholat Jum’at kami berkumpul hinģga mencapai seribu lima ratus orang, meluber hingga ke jalan raya. Tidak ada masalah di sini,” ujar Syaikh Maksum.

Masih tentang kebebasan aktifitas keislaman di Hangzhou, Syaikh Maksum menambahkan, “Setiap pekan kami menggelar pengajian rutin di masjid ini yang diikuti masyatakat luas.”

Foto: Ketua PBNU, HM. Sulthon Fatoni di mimbar Masjid Hangzhou