Marak Konflik Agama di Medsos, Anggota DPR RI ini Ajak Masyarakat Cermat Mengolah Informasi

557

Solokan Jeruk, (Ansorjabar Online)

Di era kebebasan informasi ini, masyarakat kita dihadapkan pertentangan bahkan permusuhan yang tersaji di dunia media sosial (medsos). Tak sedikit melibatkan ruang perdebatan dengan isu agama yang memicu konflik antar ummat itu sendiri.

“Peran media sosial dan kebebasan orang berbicara seiring reformasi seolah tidak ada batasan lagi. Dengan berdalih ini di lindungi oleh undang undang. Setiap individu diberikan kemerdekaan yang selua-luasnya untuk mengekspresikan dirinya”, kata Anggota DPR RI H. Cucun Syamsu Rizal, dalam obrolan disela-sela acara PKD Kab.Bandung, di Solokan Jeruk, Sabtu (14/01).

Ia menuturkan, pilihannya kembali kepada tiap Individu. Apakah dipergunakan untuk hal positif atau negatif. Faktanya, tidak sedikit media sosial banyak menggunakan media sosial untuk menyebarkan kebencian dan provokasi. Salah satu isu yang paling dominan adalah agama.

“Problemnya ruang medsos itu kan forum terbatas, sehingga memungkinkan nilai-nilai agama ini menjadi terdistorsi. Sehingga pesan agama pun hanya didapat dengan cara instan”, terangnya.

Karena itu, lanjut sekretaris Fraksi PKB ini, dibutuhkan sikap bijak para pengguna Medsos dengan cara kemampuan mengontrol diri.

“Agama telah mengajarkan kita agar senantiasa tabayun atau klarifikasi atas informasi yang diperoleh.  Jangan sampai kita tersesat di jagat maya. Jangan asal sebar dan telan bulat-bulat. Kita pilih dan pilah mana sumber yang benar dan mana yang selalu menyebar informasi fitnah dan kebencian. Kita pastikan yang mengolah informasi fitnah dan kebencian adalah abal-abal”, jelas H.Cucun.

Solusinya Ikut Ulama

Untuk mengimbangi sumber informasi tentang agama yang marak di media sosial ini, menurut alumni Pesantren Cipasung ini, solusinya adalah dengan mengembalikan ghiroh keagamaan sebagaimana diajarkan para ulama.

“Ya Kita harus mengembalikan ghiroh beragama dengan menjadikan ulama sebagai panutan utama daripada sumber kebenaran. Harus jelas madzhabnya. Memahami ajaran secara utuh dan bertahap (tadrij)”, lanjutnya.

Menurutnya, fenomena ini juga seyogianya dapat direspon oleh para kyai dan Ajeungan dengan lebih melek pada penggunaan teknologi informasi.

“Tidak bisa tidak para ajeungan kita juga harus lebih melek teknologi. Tugas ajeungan masa kini tidak hanya menyampaikan khobar maudhu’iyah tapi juga waqi’iyah. Anak-anak kita sekarang semuanya megang android. Jika bukan kita yang mengisi ruang itu, ya dipastikan anak-anak kita akan dikendalikan oleh orang lain”, pungkasnya. (Rus)