Mahasiswa PTKIN Harus Mampu Menjawab Tantangan Generasi Milenial

1200

Mahasiswa PTKIN Harus Mampu Menjawab
Tantangan Generasi Milenial

Surakarta–Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) harus mampu menjawab tantangan kehidupan generasi milenial. Hal ini diungkapkan Kepala Seksi Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Perguruan Tinggi Keagaaman Islam (PTKI) Kementerian Agama, Muhammad Aziz Hakim, Rabu (15/8) di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta.

Dalam orasi ilmiyah pada Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Surakarta, Aziz Hakim mengatakan, saat ini masyarakat terlalu asyik dengan dunia maya dan terkadang melupakan kehidupan di alam nyata. Seperti lagu yang dipopulerkan Iwan Fals, “Menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh,” ujar Aziz di hadapan tiga ribuan mahasiswa baru IAIN Surakarta.

Mahasiswa di era millennial memiliki beberapa tantangan, kata Aziz Hakim. Tantangan pertama adalah mewabahnya hate speech (ujaran kebencian). Internet dan jejaring media sosial saat ini bisa diakses oleh semua orang. Hal ini yang menurut Aziz membuat semua orang bisa menyampaikan pendapatnya secara bebas dan tanpa terkontrol. “Hate speech merupakan salah satu fenomena yang menggejala dalam masyarakat di media sosial, khususnya bagi kalangan milenial,” kata Aziz.

Persoalan lain yang harus dihadapi menurut Alumni IAIN Walisongo ini adalah dari arah kanan masuknya paham dan gerakan trans-nasional yang cenderung mengarah ke radikalisme. “Dari arah kiri di serang dengan komunisme yang mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam bertindak dan dari depan dihantam dengan uni sosial demokrat sedangkan dari belakang ditikam oleh kapitalisme dan liberalisme,” kata Aziz.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Aziz Hakim menekankan kepada mahasiswa baru IAIN pentingnya pemahaman dan pengamalan Pancasila. “Pancasila merupakan kesepakatan bersama yang dirumuskan oleh para founding fathers. Ia bukan agama tetapi tidak bertentangan dengan agama,” tutur Aziz Hakim menambahkan.

Selain itu, Mantan Presiden Mahasiswa IAIN Walisongo ini mengungkapkan mahasiswa harus menjadi pribadi yang kritis dan dedikatif serta solutif terhadap persoalan kemasyarakatan. “Masa depan Indonesia berada di tangan mahasiswa. Mahasiswa harus menjadi agen yang menyebarkan virus positif,” pesan Aziz.

Sementara itu ditempat terpisah Ruchman Basori Kepala Seksi Kemahasiswaan mengatakan PBAK tahun akademik 2018/2019 harus menyampaikan pesan-pesan Islam yang rahmatan lil ‘alamin di samping menguatkan nasionalisme mahasiswa.

58 PTKIN serentak menggelar PBAK dari mulai akhir Juli hingga akhir agustus, sebagai ritus penyambutan mahasiswa baru dikalangan PTKIN. “DNA atau geneologi PTKIN adalah moderasi Indonesia, karenanya mahasiswa harus dicerahkan sejak dini pada Islam yang wasathiyah”, kata Ruchman.

Di akhir kegiatan, 3.680 mahasiswa baru IAIN Surakarta mendeklarasikan “Mahasiswa Tauladan Santun” yang dibacakan di akhir rangkaian PBAK yang berlangsung dari tanggal 13-15 Agustus 2018. (Humas IAIN Surakarta)