MAHASISWA DAN SIKAP KITA

63

MAHASISWA DAN SIKAP KITA

Oleh: Ruchman Basori
Kasi Kemahasiswaan Direktorat PTKI Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

Hampir dua tahun saya mendampingi mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) pada UIN, IAIN, STAIN dan PTKIS dalam kapasitasnya sebagai Kasi Kemahasiswaan. Dinamika, lika-liku dan suka duka kurasakan. Namun saya melihat lebih banyak sukanya daripada dukanya. Lebih banyak dinamikanya daripada diamnya dan lebih banyak impian dan nilai perjuangan daripada sekedar menjalankan program berbasis anggaran.

Perjalananku dari kampus ke kampus, pertemuan demi pertemuan, even demi even memberikan kesempatan kepadaku untuk mendengar, melihat dan merasakan, apa yang dikehendaki mahasiswa, sebagai sosok yang sedang berada pada masa mondig, digaris perbatasan, antara remaja menuju dewasa. Jiwanya meletup-letup, ingin bergerak dan melakukan perubahan. Jiwanya selalu gelisah dan terus gelisah melihat ketimpangan dan ketidakadilan. Kadang terkesan menabrak norma, etika, dan batas-batas unggah-ungguh kita sebagai bangsa Timur. Tapi bagiku itulah mahasiswa yang harus kita dampingi dan antarkan dengan baik menjadi sosok dan prbadi masa depan Indonesia.

Dalam konteks anggaran negara, di setiap unit, direktorat, bagian dan subdit merasa penting semua. Di kampuspun demikian semua orang merasa lembaga dan bagiannya adalah yang paling penting. Saya juga boleh kan mengatakan: “Urusan Mahasiswa juga penting”. Di situ ada keberpihakan (affirmation) untuk mahasiswa yang miskin, ada ikhtiar membuka akses dan juga meningkatan mutu mahasiswa dan terpenting adalah investasi sumber daya bangsa di masa yang akan datang. Bukankah selama ini yang menjadikan kampus itu diperhitungkan oleh pihak lain, itu karena kualitas dan kuantitas mahasiswanya? Apa jadinya guru besar, dosen dan karyawan, jika kampus tanpa adanya mahasiswa. Apa jadinya kalau kampus hanya mempunyai insan akademis yg senyap tanpa gerakan. Tak berarti apa-apa, iki tenanan loh, he he he….

Boleh saja semuanya mengatakan “INI PENTING”, tapi ingatlah bahwa cetak biru negeri ini adalah ada di tangan mereka yang hari ini sedang bekerja keras, mengaji dan mengkaji buku dan kitab-kitab ilmu pengetahuan, mengeja kata dan makna serta mereka yang dengan keterbatasannya mengharapkan berkahnya para dosen dan guru besarnya. Mereka yg dengan sabar memenuhi absensi kehadiran dan mendengarkan dosennya mengurai kata dan teori. Kadang menjenuhkan tapi mereka dengarkan dg baik, karena kalau tidak ancaman tidak lulus ada di depan mahasiswa. Ya iyulah mahasiswa.

Di luar ruang kelas, mereka juga giat dan gesit merencanakan dan melaksanakan progran untuk mengasah idealisme yang harus diperjuangkannya. Menggelar seminar, halaqah, diskusi, debat, beragam kompetisi dan juga olah seni budaya. Mereka ingin kebutuhan intelektual (olah akal), fisik (olah raga), kepekaan nurani dan keberpihakannya (olah hati) dan mengembangkan seni budayanya (olah rasa) dapat tersalurkan dengan baik. Hal ini yang sering kurang mendapat perhatian oleh para pemangku kepentingan. Para dosen dan pimpinan pt lebih menyukai tipe mahasiswa penurut, kurang kritis dan tidak suka aktif di luar kampus. Bisa-bisa akan membawa ketenangan dan kondusifitas kampus terganggu.

Perlu affirmatif action, kemauan keras dan good will dari para pemegang kebijakan dan juga pimpinan pt agar mereka ini dianggap sebagai komunitas yg penting, tanpa mengesampingkan yang lain. Perhatian pemangku kepentingan menjadi keniscayaan. Tengoklah mereka di ruang-ruang diskusi, ajaklah mereka dialog untuk banyak hal masalah, dampingi mereka ketika berunjuk rasa menyuarakan kepentingan bangsa dan rakyatnya dan jangan lupa fasilitasi mereka dengan anggaran dan fasilitas sarana dan prasarana yang cukup.

Mahasiswa adalah asset dan mitra pengembangan institusi perguruan tinggi. INI PENTING dan belum terlambat utk dilakukan, kalau kampus kita ingin maju dan memperolah kewibawaan intelektual, professionalitas dan gerakan. Ini mudah diucapkan tapi kadang sulit dilakujan.

Kedah Malaysia, 16 Maret 2018