Konferensi Cabang ke- 6 Energi Baru Bagi Kader Ansor Di Sumedang

208

Konferensi Cabang ke- 6 Energi Baru Bagi Kader Ansor Di Sumedang

Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Provinsi Jawa Barat Deni Ahmad Haidari berharap melalui Konferensi Cabang (Konfercab) menjadi energi baru bagi kader Ansor untuk menunaikan tugas yang akan diberikan oleh organisasi.

“Tentu, tugas yang diberikan itu harus sesuai arahan para Kiyai, Ajengan Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Sumedang,” ucapnya.

Hal ini disampaikan saat sambutannya melalui kegiatan KONFERCAB GP Ansor Sumedang ke-6 yang digelar di Aula PCNU Sumedang. Sabtu (21/12).

Ia menyebutkan, akhir-akhir ini dimedia sosial banyak yang membully mencaci maki NU, Kyai NU dan Ansor Banser.

“Setiap hari kita dibully, dicaci maki itu harus kita hargai dan kita bayar. Oleh sebab itu jangan pernah surut mundur, ini adalah komitmen dan janji kita, kalau sekedar dibully dimedia sosial biasa saja, jadi kalau dimedsos ada yang hina NU, Kiyai NU, Ansor Banser, anggaplah jamur karena dengan jamur hidup semakin kuat dan kokoh,” katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa kader-kader Ansor tetap setia menjunjung NKRI dan dipastikan tidak terjerumus dalam paham radikalisme agama.

“Salah satu contoh, tidak ada kader GP Ansor yang tidak hapal lagu Indonesia raya, ketika menyanyikan lagu Indonesia raya pasti berdiri, ini adalah komitmen kita menghormati NKRI,” ucapnya.

Ia menjelaskan, di Kabupaten Sumedang pernah mempunyai catatan tepatnya di Cibugel yang merupakan korban radikalisme agama ada orang yang mengatasnamakan agama melakukan pembunuhan secara brutal di Cibugel.

“Kalau bercerita radikalisme agama bukan omong kosong ada sesuatu yang pernah terjadi bukan hanya di Yaman, Suriah, tapi disini dirumah kita Cibugel Sumedang, itu monumennya masih ada. Sahabat-sahabat bisa ngobrol dengan sepuh-sepuh disana kejadian tersebut. Jadi kita hari ini harus menggelorakan radikalisme agama harus kita perangi karena faktanya itu ada. Tapi tentu, kita harus terarah jangan sampai semua yang berbeda dianggap radikallis belum tentu, radikalis atau tidak cirinya adalah menolak Pancasila dan NKRI, di Sumedang bukan hal yang aneh karena pernah kejadian disini,” ucapnya.