KHUTBAH IDUL ADHA 1442 H. KEISTIMEWAAN BULAN DZUL HIJJAH

147

KHUTBAH IDUL ADHA 1442 H.

KEISTIMEWAAN BULAN DZUL HIJJAH

Oleh : H. Abdul Rofi’ Afandi.

اَللّه أكبر, اَللّه أكبر, اَللّه أكبر, اَللّه أكبر, اَللّه أكبر, اَللّه أكبر اَللّه أكبر , اَللّه أكبر, اَللّه أكبر . الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا . لا اله الاالله وحده صدق وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الاحزاب وحده ، لااله الاالله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد.

الْحَمْدُ لِلّهِ أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لَا تُعَدُّ وَلَا تُحْصَى, وَأَشْكُرُهُ عَلَى عَطَائِهِ وَفَضِيلَتِهِ لَا تَبْرَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, شَهَادَةً تُنجِي قَائِلَهَا مِنْ نَارِ اللَّظَّى. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه النَّبِيُّ المُصْطَفَى, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الفَضلِ وَالنُّهَى.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَآ أَيُّهَا الْمُسْلِمُون اوصيكم ونفسى بتقوي الله وطاعته لعلكم تفلحونَُ
وَاعْلَمُوا أَنَّ يَومَكُم هذَا يَومُ عِيدٍ وَسُرُورٍ وَيَومُ بَهْجَةٍ وَ حُبُورٍ,
قال الله تعالي انا اعطيناك الكوثر فصل لربك وانحر ان شا نءك هوالابتر .
Hadirin Jama’ah Idhul Adha yang dimuliakan Allah Swt.

Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Atas segala kenikmatan yang telah Allah berikan, semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan, panjang usia, lapang rizqinya dan dijauhkan dari segala bencana, musibah dan diselamatkan dari wabah virus Corona.

Pada hari ini Ummat Islam seluruh dunia merayakan hari Raya Idhul Adha yang jatuh tepat tanggal 10 Dzul Hijjah, walaupun perayaan hari raya Idhul Adha tahun ini mungkin tidak semeriah seperti perayaan Hari Raya Idhul Adha pada tahun-tahun sebelumnya, karena saat ini bangsa kita sedang dilanda wabah virus Corona dan sebagian daerah masih dalam masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).

Bulan Dzul Hijjah adalah salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, banyak keistimewaan yang terjadi didalamnya. Karena pada bulan Dzul Hijjah ini ada beberapa peristiwa penting dan peristiwa bersejarah.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas diceritakan bahwa Nabi Adam AS. Diterima taubatnya oleh Allah SWT. terjadi pada tanggal 1 bulan Dzul hijjah, setelah sekian ratus tahun lamanya beliau meminta ampunan kepada Allah Swt. atas segala kesalahan/dosa yg telah beliau perbuat. Karenanya, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 1 bulan Dzulhijjah maka, segala dosanya diampuni oleh Allah Swt.

Dan pada tanggal 02 Dzul Hijjah do’anya Nabi Yunus diijabahi oleh Allah Swt. dengan dikeluarkannya beliau dari perut ikan yang memangsanya, oleh karenanya barang siapa yg berpuasa pada tanggal 2 bulan Dzul Hijjah maka, dia akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orng yang beribadah kepada Allah selama setahun tanpa pernah bermaksiat sedikitpun walau hanya sekejap pandangan mata.

Pada tanggal 3 Dzul Hijjah Allah mengijabahi do’anya nabi Zakariya, oleh karenanya barangsiapa yang berpuasa pada hari ketiga bulan Dzul Hijjah, maka segala do’anya akan diijabahi oleh Allah SWT.

Dan pada hari keempat bulan Dzul Hijjah nabi Isa dilahirkan, barang siapa yang berpuasa pada hari keempat bulan Dzul Hijjah maka, Allah akan membebaskan dan menjauhkanya dari sifat kefakiran/kemiskinan.

Hadirin Jama’ah Idhul Adha yang dimuliakan Allah Swt.

Pada bulan Dzul Hijjah ini ada hari yg disebut hari Tarwiyah yaitu hari tanggal 8 bulan Dzul Hijjah, dalam Kitab Dzurrotun Nashihin dijelaskan :

من صامه اعطي من الاجر ما لا يعلمه الاالله تعالي

Artinya: “barang siapa yang berpuasa pada hari Tarwiyah maka baginya akan mendapatkan pahala yang tidak bisa diketahui besarnya (saking besarnya pahala puasa pada hari tersebut ) kecuali hanya Allah Swt. Yang mengetahuinya”.

Dan pada bulan Dzul Hijjah ini ada hari yg disebut hari Arofah yaitu hari tanggal ke- 9 Bulan Dzul Hijjah, dalam salah satu keterangan dijelaskan bahwa :

من صامه كان كفا رة لسنة ماضية وسنة مستقبلة

Artinya: “ barang siapa yg berpuasa pada hari Arafah maka, pahala puasa tersebut bisa menghancurkan/menghapus dosa satu tahun yang sudah lewat dan dosa satu tahun yang akan datang”.

Dan diantara keistimewaan bulan Dzul Hijjah yang lain adalah Allah Swt. Menurunkan ayat :

اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي

Hadirin Jama’ah Idhul Adha yang dimuliakan Allah Swt.

Selain peristiwa tersebut di atas, pada bulan Dzul hijjah ini juga ada sebuah ritual keagamaan tahunan yang sangat istimewa yaitu ibadah Qur’ban dan Ibadah haji.

Ibadah qur’ban adalah merupakan sebuah bentuk totalitas keikhlasan seorang hamba yang bernama Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anak semata wayang yang amat ia cintai dan sayangi yang bernama Ismail atas dasar taat perintahnya Allah Swt. Walaupun pada akhirnya Ismail tidak jadi disembelih karena diganti dengan seekor domba. Cerita peristiwa bersejarah ini diabadikan dalam Al-qur’an :

قال يا بني اني اري في المنام اني اذبحك فانظر ماذا تري ، قال ياابت افعل ما تؤمر، ستجدني ان شاء الله من الصبرين
.
Artinya : ” Nabi Ibrohim berkata, wahai anakku sesungguhnya aku bermimpi dalam tidurku bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu. Nabi ismail menjawab, wahai Bapakku lakukanlah apa yg diperintahkan oleh Alloh. Insya Allah engkau akan mendapatiku dari golongan orang-orang yang bersabar”.

Ibadah Qur’ban bukan hanya sekedar ritual keagamaan tahunan yang dilaksanakan oleh Ummat Islam di seluruh dunia, namun ternyata di balik perintah itu ada sebuah I’tibar atau pelajaran yang dapat kita petik dari perintah tersebut.

Pertama, untuk mengenang kebesaran jiwa seorang ayah yang bernama nabi Ibrohim yg rela dan ikhlas mengorbankan anaknya yg bernama Ismail semata-mata demi patuh dan taat kepada perintah Allah Swt. Setidaknya hal ini sebagai pelajaran untuk kita semua bahwa kepentingan pribadi, kepentingan keluarga harus kita kalahkan demi untuk mendahulukan kepentingan / kemaslahatan yang lebih luas/ umum yg berlandaskan perintah dari Allah Swt. Dalam konteks ini, implementasinya dalam kehidupan sosial sehari-hari, dengan tidak terbatas waktu, musim atau tempat membantu atau mendahulukan kepentingan orang banyak jauh lebih mulia dibanding mendahulukan kepentingan pribadi atau golongan.

Kedua, mengenang ketaatan seorang anak kepada orang tuanya yang bernama Ismail yg rela utk disembelih oleh orng tuanya yang bernama Ibrohim demi untuk melaksankan perintah Allah Swt. Hal ini harus kita jadikan contoh bahwa sekaya dan setinggi apapun derajat seorang anak dia tetap harus patuh dan taat kepada perintah kedua orang tuanya selagi perintah tersebut tidak melanggar syariat Islam.

Ketiga, bahwa totalitas dalam melaksanakan perintah Allah adalah sebuah keharusan, seperti halnya nabi Ibrohim yg rela mengorbankan anaknya yg bernama Ismail semata-mata karena taat kepada perintahnya Allah Swt.

Keempat, memberikan pelajaran kepada kita semua tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan kurban pada hari Raya Idhul adha hanyalah simbol dari makna korban yg sejatinya yg sangat luas, bahwa kita harus mau mengorbankan harta, tenaga, pikiran, waktu dan lainya demi untuk kepentingan orang banyak. Karena pengorbanan merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai mahluk sosial.

Hadirin Jamaah Idhul Adha yang dimuliakan Allah Swt.

Pada bulan Dzul Hijjah Ibadah haji dilaksanakan. Andaikata tidak ada wabah virus Corona saat ini Ummat Islam dari seluruh belahan dunia termasuk ummat Islam dari Indonesia sedang berkumpul untuk bersama-sama melaksanakan rangkaian amaliyah ibadah haji, berkumpul mulai dari Padang Arafah, Muzdalifah dan Mina.

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima, karena masuk rukun atau pilar, ibadah haji ini tentu bukan ibadah yang remeh. Ia wajib dilaksankan oleh setiap orang yang mampu baik secara finansial/ongkos, kesehatan fisik, adanya kendaraan yg mengantarkan, aman dalam perjalanan saat pergi dan pulang haji. Perintah haji ini disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an
surat Ali Imron ayat 97.

ولله علي الناس حج البيت من
استطاع اليه سبيلا
“Diwajibkan bagi manusia semata-mata karena (perintahnya) Allah untuk
menunaikan ibadah haji ke baitulloh bagi orang yang mampu”.

Ibadah haji adalah ibadah yang sebangsa badan, dalam mengerjakannya butuh kekuatan dan kesehatan fisik yg serba prima. Karena dalam ibadah haji ada thowaf Qudum, thowaf Ifadhoh, Thowaf Wada’ dan thowaf sunnah lainnya.

Dalam ibadah haji juga ada sa’i atau berjalan dari bukit shofa ke Marwah jarak antara bukit shofa dan Marwah kira-kira 394.5 meter. Semua itu butuh tenaga dan kesehatan fisik yang sempurna, belum lagi saat kita melaksankan wuquf di padang Arafah di bawah terik sinar matahari yang begitu panas menyengat kemudian dilanjut mabit di Muzdalifah, dari Muzdalifah mabit di Mina dan melakukan jumroh. Dari Tenda tempat menginap menuju jamaarot / tempat jumroh perjalanan yang harus ditempuh berkilo2 meter ditempuh dengan jalan kaki, ini adalah sebuah perjalanan ibadah yang cukup melelahkan. Beda dengan Ibadah sholat, Ibadah puasa yang bisa dilaksankan di dalam rumah yg ber AC sambil tidur-tiduran dan nonton TV. Padahal jamaah haji saat ini sudah begitu dimanjakan oleh pemerintah dengan fasilitas yang serba istimewa. Pulang/pergi naik pesawat terbang, tidur/istirahat di hotel, saat puncak amaliyah haji tiba para jamaah dari Makkah menuju Arofa, dari Arofah menuju Muzdalifah dari Muzdalifah menuju Mina dengan naik Bus yang full musik dan AC, dan saat di Arofah dan Mina disediakan tenda-tenda raksasa yang full Kipas/AC tapi diantara mereka masih banyak yang merasa payah dan kelelahan, bagaimana dengan dengn para sahabat nabi zaman dulu saat menunaikan ibadah haji yang hanya naik onta, tidak ada pesawat terbang, tidak disediakan bus yang ber AC, tidak ada hotel untuk menginap, saat di Arofah/Mina mereka tidak disedikan tenda yang ber AC, perjalanan dari Makkah ke Arofah, dari Arofah ke Muzdalifah dari Muzdalifah ke Minna hanya dengan jalan kaki, paling istimewa hanya naik kendaraan onta, tentu perjuangan mereka para Sahabat nabi saat menunaikan ibadah haji jauh lebih payah dan melelahkan dibanding Jamaah haji saat ini. Pantas saja Rasulullah SAW. Bersabda :
الحج المبرور ليس له جزاء الا الجنة
“Haji yg mabrur tidak ada balasan baginya kecuali sorga”.

Hadirin jamaah Idhul Adha yang dimuliakan Allah Swt.

Bahwa semua amaliyah ibadah haji seperti thowaf (berjalan mengelilingi ka’bah), Sa’i (berjalan dari Shofa ke Marwah, dan atau sebaliknya dari Marwah ke Shofa), mabit di Muzdalifah dan Mina serta lempar jumroh dan amaliah haji lainya, semua amaliyah haji seperti itu tidak bisa diukur hanya dengan logika, sebab jika amaliyah ibadah haji ukuranya adalah logika manusia maka amaliyah ibadah haji tidak ubahnya seperti sebuah permainan anak kecil. Thowaf dan sa’i layaknya anak-anak yang sedang joging /lari pagi, mabit di Muzdalifah dan Minah layaknya anak-anak sedang kegiatan camping pramukaan, dan jumroh seperti layaknya orang yang sedang belajar melempar atau memanah agar pas sesuai sasaran. Tapi lebih dari itu, kita harus meyakini bahwa semua rangkaian amaliyah ibadah haji adalah merupakan amaliyah yang telah diajarkan oleh Baginda nabi Muhammad SAW. yang harus kita laksanakan, dan kita harus meyakini bahwa dibalik semua amaliyah ibadah haji itu ada maksud, tujuan dan hikmah yang tersembunyi didalamnya.

Adapun tujuan / hikmah dari perintah ibadah haji antara lain adalah :

Pertama ; Memberikan makna Tauhid, makna ini tersirat dari posisi Ka’bah sebgai sentral kedatangan para jamaah dari berbagai belahan dunia. Jutaan orang dari berbagai penjuru dan bangsa berkumpul dalam satu pusat, tanpa dibedakan bahwa golongan yang satu lebih mulia dibanding golongan yang lain. Ini adalah simbol bahwa tujuan dari keseluruhan hidup ini adalh satu yakni Alloh Swt.

Kedua; adalah makna kemanusiaan. Pakian ihrom yg dikenakan oleh para jamaah haji adalah simbol kesamaan dan kesetaraan manusia bahwa dihadapan Allah semua derajat manusia itu sama, tidak ada bedanya antara rakyat dengan pejabat, orang kaya dgn orang miskin.

Semoga kita semua oleh Allah senantiasa diberi kesehatan, selamat dari wabah Corona, panjang usia dan lapang rizqinya serta diberi jalan kemudahan agar bisa menunaikan Ibadah Haji. Amiiin…

با رك الله لي ولكم في القر ان العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من اية وذكر الحكيم وتقبل الله تلا وته انه هوالسميع العليم . اقول قولي هذا فاستغفروالله العظيم انه هوالغفورالرحيم

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

*). 1. Wakil Ketua LDNU (Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Barat).
2. Chodim YASYAFI Kedungwungu Krangkeng Indramayu.