Ketum PBNU: Banyak yang Mengatasnamakan Islam Sebatas Nama

151
Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengatakan, Hadratussyekh Hasyim
Asy’ari mengungkapkan kalimat yang indah "Antara aku dan kalian
terdapat ikatan rahasia di balik misteri semesta alam. Kita manusia
dengan jiwa-jiwa yang saling mencinta sebelum Allah mencipta tanah
Adam."
Menurut Kiai Said  kalimat tersebut menunjukkan bahwa NU didirikan
tidak semata-mata sebagai organisasi. Hal tersebut disampaikan Kiai
Said dalam “Silaturahim dan Sarapan Pagi bersama Kapolri dan Ketum
PBNU” di Halaman Gedung PBNU, Ahad (27/11) pagi.
“Kita kerap menjumpai banyak organisasi didirikan untuk pamrih
duniawi, mengejar cita-cita kesejahteraan dan keselamatan di dunia.
Tentu hal itu bukan sesuatu yang pasti buruk. Banyak organisasi punya
cita-cita mulia, meski tetap saja pemberhentiannya adalah dunia. Akan
tetapi NU, Nahdlatul Ulama ini, dengan sengaja dan sungguh-sungguh
ingin mengejar keselamatan di dunia kini dan keselamatan di akhirat
nanti,” kata Kiai Said.
Kiai Said meneruskan, kalimat pendiri NU itu juga menunjukkan adanya
nilai-nilai yang sangat mendasar di balik semua tampilan duniawi ini.
Kiai Said lalu mengajak hadirin untuk merenungkannya sejenak, sembari
menggali relevansinya dengan peran sebagai muharrik, sebagai kader
yang menggerakkan amaliyah-amaliyah NU baik sebagai jam'iyyah maupun
jama'ah.
Hari-hari ini, lanjutnya, bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak
hal yang di permukaan tampak sebagai kebenaran, namun hakikatnya belum
tentu demikian. Begitu banyak kebenaran diucapkan, tapi yang
dikehendaki sesungguhnyaadalah kebatilan. Betapa banyak orang mengaku
dan mengatasnamakan Islam, namun kita justru melihat adanya gejala
ismun bi laa musammaa, yakni gejala adanya perbedaaan antara nama dan
yang dinamai.
“Simbol memang penting, tapi perjuangan yang hanya bersifat simbolik
jelas menyesatkan. Karena itu saya merasa beruntung bisa hadir dalam
majelis ini. Sebab salah satu cara untuk menghindari jebakan
formalisme simbolik adalah dengan mengenali kenyataan hidup
sehari-hari,” ungkap Kiai Said.
Ia juga mengatakan tidak ada yang lebih akrab dengan kenyataan
sehari-hari ketimbang warga-warga NU di tingkat ranting. Hiruk-pikuk
politik yang belakangan terjadi ini patut dipertanyakan kembali,
apakah memang itu masalah kita yang sesungguhnya?
NU dianugerahi Allah kekayaan tradisi yang amat banyak. Khazanah
tradisi yang amat kita cintai ini kerap disalahpahami sebagai
kekolotan.
“NU ini mengurusi umatnya sejak sebelum lahir, ketika lahir, sampai
meninggal, bahkan sesudah meninggal. Begitu banyak amaliah tradisi
yang kita punya ini yang berperan besar mengencangkan ikatan-ikatan
sosial, ikatan-ikatan kebangsaan, ikatan-ikatan kemanusiaan,” tegas
Kiai Said. (Kendi Setiawan/Mahbib)