KESEMSEM ISLAM NUSANTARA

173

“KESEMSEM ISLAM NUSANTARA”

Oleh: Yoyon Syukron

Ketika Rasulullah berkunjung ke Negeri Thaif untuk mencari suaka, beliau mendapatkan perlakuan yang tidak terhormat oleh penduduk disana. Dalam kitab Al-Barzanji karya Syekh Jakfar Albarzanji diceritakan “di Thaif Rasulullah SAW dilempari batu oleh penduduk Thaif sampai darah segar menetes ke ujung kakinya”. Perlakuan penduduk Thaif yang demikian tidak membuat Rasulullah SAW marah apalagi dendam, malah beliau mendokan “Allahummah diny Qaumi fainnahum la ya’lamun”.

Sempat Jibril menawarkan diri, dengan izin Allah ingin meluluhlantahkan Thaif layaknya kaum Nabi luth, tetapi Rasulullah tidak mengizinkannya, seraya terus berdoa dan berharap kelak anaka cucu tanah Thaif banyak yang memeluk Islam. Sungguh mulia Akhlak Baginda Rasulullah SAW.

Seperti inilah dakwah yang diinginkan Rasulullah SAW, dan betul saja kesabaran Rasulullah membuahkan hasil, seorang bernama addas budaknya Uthbah bin Rabiah, tertarik memluk Islam. Setelah sebelumnya dialog Rasulullah SAW dengannya tidak sedikitpun menyinggung persaan addas yang seorang Nasrani, “jika engkau berasal dari Nestorian, engkau berarti berasal dari tanah kelahiran orang-orang shaleh, disana tempatnya Yunus bin Matta, tutur Rasulullah SAW, addas pun bersimpuh mencium tangan beliau, setelah dia memutuskan untuk memeluk Islam.

Cara berdakwa demikian yang ditirukan oleh wali songo di Nusantara, dan kemudian diteruskan oleh NU dengan Islam Nusantara sebagai identitas dakwahnya. Dan Islam ala Indonesia ini menjadi solusi ditengah-tengah issu radikalisme, sindrom Islamophobia dan semacamnya. Terbukti Afganistan sedang mencoba, dan yang terkini Arab Saudi mulai kesemsem dengan cara leluhur kita menyampaikan ajaran Islam.

Wallahu Alam