Kesaksian Seorang Wartawan saat Muktamar Cipasung, Canda Gusdur yang Jadi Kenyataan

1495

Haul Gus Dur ke 7

Bandung-, Muktamar NU ke 29 di Cipasung Tasikmalaya tahun 1994 merupakan pelaksanaan muktamar yang paling dramatis sepanjang sejarah NU. Perseteruan internal antar kubu diinternal NU dan kuatnya intervensi rezim pemerintahan orde baru yang tidak menghendaki Gus Dur terpilih kembali menjadi Ketua PBNU menyebabkan perhelatan muktamar banyak diliputi ketegangan.

Namun suasana panas Muktamar saat itu tidak menghilangkan khas Gus Dur dengan humornya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh seorang Wartawan Senior H. Usep Romli Abdul Hamid.

Diceritakan oleh H. Usep Romli, saat Muktamar NU Cipasung tahun 1994 Gus Dur sedang dimusuhi oleh Presiden Suharto. Hal itu, bermula dari ucapannya menyebut “Suharto bodoh” pada buku “Waiting for Nation” karya Adam Schwarz.

“Sehingga pada acara pembukaan muktamar, Gus Dur tak boleh duduk di depan, sejajar dengan Suharto. Termasuk dilarang memberi sambutan. Maka sambutan PBNU disampaikan oleh ketua pelaksana muktamar, yakni KH Munasir”, papar H. Usep Romli.

Selanjutnya , dikisahkan oleh pria yang akrab dengan Gusdur sejak tahun 1984 ini, selepas acara pembukaan muktamar Presiden Suharto beristirahat di aula. Sementara,Gus Dur tidak diperbolehkan masuk. Dia Lontang lantung saja di luar.

“Saya waktu itu Wartawan Pikiran Rakyat yang ditugaskan meliput Muktamar”, katanya.

Setengah bercanda, ia bertanya kepada Gus Dur : “Gus nggak boleh masuk ya ?, Nggak boleh dekat-dekat presiden?”,  “Ngapain dekat-dekat presiden, nanti kita sekalian saja jadi presiden.”, jawab Gus Dur bercanda pula.

Dan lima tahun kemudian,1999, canda Gus Dur ini menjadi kenyataan. Ia menjadi presiden RI keempat. (Rus).