Kesaksian Keteladanan Mang Ena, Anggota Banser Tertua Tasikmalaya II

352

Militansi Tajul Husna (89), seorang Banser tertua di Tasikmalaya patut diteladani. Sepenuh kehidupannya semata-mata mengabdikan diri pada ulama dan Negara. Berjuang tanpa pamrih. Ia meyakini, membela Ulama dan Negara menjadi jalan bagi keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.

Saksi atas loyalitas dan komitmen perjuangan Mang Ena – biasa ia dipanggil – datang dari Komandan Satuan Koordinasi Nasional (Dansatkornas) Banser era 90-an, Drs. H. Mans Muhammad Iskandar.

“Subhanalloh, Walhamdulillah, ternyata beliau (Mang Ena) masih ada. Saya pernah beberapa kali melihat dan bertemu beliau dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan Banser”, ujar Kang Mans merespon pemberitaan Mang Ena melalui Ansorjabar Online.

Waktu pelaksaksanaan Muktamar Cipasung Tasikmalaya Tahun 1994, lanjut Kang Mans, Mang Ena kondisinya sudah nampak sepuh.

“Apalagi sekarang 22 tahun kemudian, lebih sepuh lagi”, katanya.

Sebagai Dansatkornas, Kang Mans terlibat dalam pengamanan Muktamar Cipasung. Saat itu, Kang Mans pernah menyarankan kepada Sahabat Nurcholis, selaku Dansatkorwil Banser Jabar, agar Mang Ena “pensiun” dari Banser, karena melihat kondisi fisiknya nampak renta.

“Saya katakan kepada sahabat Nurcholis, apa tidak sebaiknya beliau “pensiun” dari Banser? Kata Kang Mans.

“Da eta oge atos ditawisan kitu Ari walerna teh: punten,widian Aki jadi Banser nepi ka Aki maot cenah. Nya abdi teh teu bisa kukumaha deui. Di muhunkeun weh”, jawab Kang Nurcholis saat itu.

“Semoga saja beliau selalu dilimpahi keberkahan dalam hidupnya”, tutup Kang Mans.

Kini, usia Mang Ena tidak muda lagi. Namun, waktu dan kondisi fisik tidak pernah menyurutkan loyalitas, militansi dan komitmen perjuangan.

Untuk menghormati pengabdian dan perjuangan Mang Ena, PC GP Ansor Kota Tasikmalaya bersama anggota yang lainnya sedang menggalang solidaritas untuk biaya perawatan dan memperbaiki rumah beliau yang sudah lapuk. (Edi)