Kemana Tunas Bintang Sembilan , Masa Depan Negeri atau Mimpi Kelompok Takfiri

308

Kemana Tunas Bintang Sembilan?  Masa Depan Negeri atau Mimpi Kelompok Takfiri

Oleh: Taufiq Rahman

HARAPANNYA Kader Ahlusunnah Waljamaah (Aswaja) Annahdliyah, tentu wajib hukumnya membaca referensi yang benar dan ngaji pada para kiai yang sanadnya tidak terputus atau tersambung langsung sampai kepada Rasulullah Muhammad SAW. Selain itu kaji dan analisa pulalalah perkembangan dan informasi kekinian, apa yang terjadi dalam pertarungan bangsa-bangsa didunia dan konstelasi politik nasional di negeri ini, karena hal itu akan sangat mempengaruhi kelompok atau ormas Islam siapa dan mana saja yang memiliki afiliasi dengan asing serta melakukan operasi merusak tatanan bangsa dan negara, demokrasi toleransi, pancasila serta kebinekaan kita.

Khusus untuk warga NU agar mengikuti perkembangan agenda tokoh besar Ahlusunnah Waljamaah dalam kancah nasional dan internasional, bagaimana kesepakatan-kesepakatan serta kebijakannya. Diantaranya yang penting adalah ketahuilah hasil Konfrensi Aswaja seluruh ulama Dunia di chechnya, dimana “Wahabi” sudah resmi dikeluarkan dari Aswaja dan bukan lagi bagian dan tidak pantas  disebut Ahlusunnah waljamaah (Aswaja).

Syeikh Ahmad, Guru Besar Fakultas Hukum Islam di universitas Al-Azhar dan juga Ketua Forum Harmoni untuk kesadaran Islam di Mesir yang hadir dalam agenda itu mengatakan, konferensi Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) ingin menyeragamkan istilah yang dirampok oleh Wahabi, dimana mereka mengklaim sebagai bagian dari Ahlussunnah Wal Jamaah, khususnya di wilayah Asia Tengah, yang malah menjadi tempat berkembang biak bagi organisasi teroris seperti Al-Qaeda, Boko Haram, ISIS, Jabhat Al-Nusrah dan lainnya.

Ingat, seluruh pelaku bom bunuh diri adalah kalangan wahabi, Wahabisme mulai merebak kuat di pelosok kampung-kampung. Itulah sebabnya kita tidak boleh merelakan kampung-kampung di seluruh Indonesia tidak lagi terdengar manakib, marhabanan, tahlilan dan tradisi yang selama ini dilaksanakan warga Ahlusunnah Waljamaah Annahdiyah yang mayoritas hidup di Indonesia. Apakah kita tahu atau kerap tidak sadar wahai saudaraku para kader aswaja, hampir dimayoritas mushola sepi dari marhabanan yang 20 tahun silam setiap malam jumat pasti dikumandangkan.

Syeikh Ahmad juga menjelaskan bagaimana wahabisme juga mengafirkan Imam Abu Hasan Al-Asy’ari, Imam Abu Mansur Al-Maturidi, bahkan mengkafirkan al-Azhar sendiri. Menurut Syekh Ahmad Mereka Wahabi adalah kaum Khawarij, karena hanya sekte Salafi Wahabi yang mengkafirkan Syiah, Zaidiyah, dan Ibadiyah serta tidak ada satupun yang tersisa kecuali mereka telah mengkafirkannya. Jika dunia benar-benar ingin memusnahkan sumber terorisme, maka disarankannya KITA HARUS MENINDAK TEGAS IDEOLOGI WAHABISME KARENA ITU ADALAH SUMBER FITNAH DAN PERSELISIHAN. Apakah kita tidak sadar, sudah banyak yang anti maulid, bahkan menyerang jantung pertahanan sampai ke pesantren-pesantren?. Mulailah buka mata dan hati bahwa jangan membawa nama agama apalagi Islam jika ingin merusak tatanan Negara Pancasila apalagi ingin diubah menjadi negara Islam atau khilafah?.

Untuk itu tidaklah elok kalau masih mentolerir kelompok yang ingin menghapuskan amaliyah Aswaja Annahdiyah, pertanyaannya siapakah Hatei, dan Efpei, seluruhnya berafiliasi pada wahabi. Ingatlah sahabat kejadian bom di Samarinda siapa yang melakukan pula bom di Polresta Cirebon, di Sarinah semua beraliran wahabi, pernah belajar di pesnatren wahabi dan Kyai Wahabi yang dibiayai Saudi. Salah satu cara keji kelompok tafkiri (Wahabi, Hatei dan Efpei), yang mengambil hak dan wewenang Tuhan (Allah SWT) dengan mengafirkan warga nahdliyin yang melaksanakan tahlil, maulid, marhabanan, dan tradisi lainnya yang baik.

Jadi Demo 2 Desember sesuai kesepakatan Kyai NU dan institusi resmi PBNU haram hukumnya kita ikut serta, karena bagi NU menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bagian dari pada iman seperti makolah Hadrotusyaikh Hasyim Asyari.

Siapa yang bilang NU sedang melawan Islam ketika melarang aksi 2 desember mendatang?, tolong tunjukkan batang hidungmu jika rencana kehadiran sejutaan banser dari seluruh pelosok negeri yang telah diberikan Ijazah para Kyai ikut bersama pihak kepolisian dan TNI mengamankan aksi adalah ingin memerangi masa aksi, oh, tentu tidak. Dengerin nih sob, alasannya karena kami ingin memastikan aksi kelompok FPI dan beberapa ormas yang mengatasnamakan membela Islam itu tetap on the track, tidak akan melakukan perusakan simbol-simbol Negara yang telah ditetapkan konstitusi Negara ini, melakukan makar apalagi dugaannya kuat ada penumpang gelap yang ingin menggulingkan pemerintah kemudian digantikan dengan sitem khlifah ala Hatei, tentu sebuah kewajiban Banser Ansor NU menangkal misi keji itu, karena kami taat pada ulama yang telah dipastikan ikut mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.

Ingin lebih keras, oh tentu kita juga bisa, karena sebetulnya kami selama ini gerah marah dan capek terus diserang karena itu pantaslah jika kami ingin melakukan serangan balik, karena pertahanan yang baik adalah menyerang, akan tetapi Kyai dan Ulama kami melarang cara berdakwah demikian, karena Al-qur’an mensyariatkan mengajak kepada jalan tuhan harus dengan cara baik, begitupun menentangnya harus dengan cara bilma’ruf pula.

Kami mengatahui, Hatei, ISIS dan seluruh jaringannya adalah musuh Islam dan negara yang sebenarnya, karena menggunakan simbol-simbol Islam untuk kepentingan merusak, membakar, bahkan kerap menjadi titipan kepentingan politik, tidak kah kalian sadar siapa donatur mereka?, ialah Wahabi yang ingin memorakporandakan negeri. Ketahuilah 10 persen saja, keterlibatan Amerika dicabut runtuhlah Saudi, untuk itulah misi mereka untuk menguasai negeri ini sangat besar melalui kroni-kroni mereka tersebut.

Merusak Indonesia sepertinya tidak mudah dan tidak bisa hanya dari menguasai sektor ekonomi saja karena negara dan Islam di indonesia ini kuat, untuk itu NU lah yang kini menjadi salah satu benteng terakhir negara dan bangsa ini, yang menjadi misi mereka untuk diganggu, terbukti muncul kemudian NU garis bergaris dan segala kelompok kecil yang merongrong internal NU.

Namun itulah NU, selalu istiqomah menjaga masyarakat minoritas meskipun ia mayoritas, menjaga tahlilan, markhabanan dan segala tradisi ala ahlusunnah waljamaah annahdiyah. Harus juga dicatat, meski mayoritas NU tidak pernah kehadirannya mengganggu kelompok manapun, termasukan gerakan Islam kiriman dari luar (Transnasional). NU tetap menjunjung tinggi tawassut tawazzun dan ta’addul kepada seluruh warga Negara di Indonesia dan dunia.

Pertama, at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143).

Kedua at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil ‘aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

“Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”. (QS al-Hadid: 25)

Ketiga, al-i’tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama’ah juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:

Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)

Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir’aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, “Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir’aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah”. (Tafsir al-Qur’anil ‘Azhim, juz III hal 206).

Yang tidak bisa diterima adalah Kyai kami dibusukkan, Kyai Said dianggap Kafir, Gus Mus dan Kyai Khos lainnya dicemooh kelompok minoritas anti pancasila itu dan dianggap orang yang tidak layak didengar, jujur kalau sudah seperti itu keadaannya, Barisan Ansor Serbagunalah yang keluar membela ulama dan kyai mereka, karena bagi santri akan menggunakan istilah sami’na waato’na apa perintah para Kyai NU yang memiliki saham berdirinya negara dan bangsa kita tercinta ini.

Bagi kami Islam benar adalah Islam ala Ahlussunnah waljamaah Annahdiyah, karena ngaji hadist dengan ilmu mustolakhul hadisnya, shorof, nahwu , fiqih langsung dan ilmu keagamaan lainnya dari ulama yang sanadnya lagi-lagi nyambung pada Rosulullah Muhammad SAW.

NU mayoritas di Indonesia tapi tidak pernah menolak perbedaan, apalagi menghina dan menghujat sesamanya dengan keji, dikatakan kafir syirik, padahal referensinya hanya dari terjemahan dan google. Pertanyaanya, siapa yang bilang kita buta akan pemahaman agama dan segala modal untuk hidup di yaumilukhrowiyah, justru kami fasih karena ngaji lngsung dr para kyai.

Kami ingin bertanya, apakah tahu ulama NU seluruhnya sepakat sebelum negara ini merdeka akan dijadikan daarussalam (negara damai), sebelum ada hatei kita hidup damai dalam perbedaan, karena kami tahu Islam adalah salam atau keselamatan, cinta dan kasih sayang bukan pada umat muslim saja tapi rahmatan lil alamin (kasih sayang kepada seluruh yang tinggal di alam dunia. Soal golongan kita sekali lgi tidak pernah menganggap diri benar, tolong dibuka lagi referensi keislamannya, Nabi muhammad SAW diutus untuk apa sih, makarimal akhlak (menyempurnakan akhlak/ bukan membentuk akhlak) bung, salah kalau mengkafirkan “manusia” yang belum beriman dan sempurna akhlaknya. Bukan akhlak Kanjeng Rosulullah SAW bung menghardik dan menuduh kafir orang. Masih ingin menegakkan khilafah?, janganlah terus-terusan bermimpi karena selama ada NU itu tidak akan terjadi di Indonesia.

Provokasi dan konfrontasi kini makin bertubi-tubi bahkan cenderung membahayakan NKRI kelompok Islam transisional itu, terutama di medsos, janganlah berpangku tangan melihat solidnya serangan mereka. Pertanyaanya, masih berperan hanya like status dan komentar mereka di media sosial facebook saat NU diinjak-injak?, hanya menonton tayangan youtobe kelompok mereka kemudian mencatatkan 1 tambahan viewers bagi mereka tanpa membubuhkan komentar melakukan klarifikasi, apalagi sekarang masih mau ikutan mengkritisi PBNU dengan tuduhan melawan Gerakan Islam. Sedih sekali rasanya jika hanya itu yang dilakukan, meladeni serangan kelompok nyinyir itu saya rasa kewajiban, karena menjaga marwah para Kyai dan para pendiri NU. Kita mengklaim paling kaafah pemahaman agamanya, tapi tak muncul saat publik mulai terkontaminasi operasi politik kelompok radikal yang ingin menegakkan khilafah islamiyah.

Oh iya, satu lagi, saya sempatkan menulis catatan ini karena dari sekian model kader, ada satu lagi yang paling menyakitkan adalah, politisi pemula baru saja masuk partai politik kemudian senior partainyalah yang lebih menguasainya, sementara ideologi NU dan Aswaja Annahdiyah dia berusaha sedikit demi sedikit kubur, bahkan berani melakukan perlawanan atas kebijakan PBNU dan Kyai khos NU. Benarkan kita masih tergolong pada beberapa golongan itu? Tentu anda sendiri yang bisa menjawabnya. Waallahu A’alam Bisshawab