KEBAIKAN SEBAGAI SOLUSI KRISIS KEBENARAN

73

Oleh: Ali Ahmad Hudaya (Kader GP Ansor Purwakarta)

Dengan segala kesadaran, acara ILC malam tadi dengan tema “212 : Perlukah Reuni ?” saya memandangnya bukan dari kalah-nya yang kontra terhadap Aksi 212 yang diwakili Denny Siregar dan Permadi Arya, atau menangnya yang pro terhadap itu yang diwakili Fellix Siaw dan Ustadz Khattath dll. Karena anak kecil masih ingusan-pun tau dari cara penyampaian materi, menjawab dan menyanggah, mana yang menggunakan argumen dan mana yang hanya ngawang-ngawang. Semangatnya ada, tapi intelektualitas nihilisme.

Mari melirik dari sudut pandang kolektif sebagai sama-sama ummat Islam. Ada yang kontraproduktif, dimana seolah ada jalan beda antara Islam pro 212 dan kontra 212, padahal Islam ya tetap Islam sebagai media Rahmatan-lil aalamiin.

Akan dibawa kemana wajah Islam hari ini ? Kita sudah berkontribusi apa untuk Islam sedang Islam sudah menyekamatkan kita sampai sejauh ini ? Dan sekelumit pertanyaan pelik yang hanya kesadaran tinggi-lah mampu menjawab tanpa memperdulikan, mengorek dan mengolok-ngolok kesalahan orang lain, bisa jadi kesalahan kita-lah yang menumpuk.

Seperti Istilah Gus Mus, “Kebenaran kita berkemungkinan salah dan kesalahan orang lain berkemungkinan benar. Hanya kebenaran tuhan-lah yang sebenar-benarnya Benar”.

Masalah terbesar negeri kita, kebenaran orang lain kita salahkan dengan kebenaran yang kita yakini. Sedang orang yang kita salahkan karena kebenarannya, menyalahkan kebenaran kita dengan kebenarannya sendiri. Serumit inikah jalan kebenaran ?

Atau mari kita ganti jangan permasalahkan kebenaran, bisa dengan kebaikan, ketentraman dan kedamaian. Sudah pasti yang mendebat ketiga sifat ini, dia adalah sebaliknya. Toh mana ada kebaikan dicap buruk oleh kebaikan itu sendiri ?

Bantarkalong, Tasikmalaya.
06 Desember 2017.