Kang Yamin Menjawab Tuduhan Miring Terhadap Paspampres

594

TASIKMALAYA (ansorjabar online)–Kunjungan Presiden Jokowi ke Tasikmalaya (9/6/2017) yang disambut gegap gempita oleh ribuan warga masyarakat menyisakan berbagai komentar beragam, khususnya di media sosial facebook. Satu hal yang menjadi viral dan membuat netizen ramai beradu komentar, terkait foto gladi pengamanan dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspamres) di dalam Mesjid Agung Kota Tasikmalaya.

Seperti halnya yang dilontarkan oleh Very Gheny, yang menyebut “gladi yang dilakukan Paspamres yang diketahui Kostrad sudah keterlaluan terkesan tidak menghormati kesucian Mesjid”, Very Gheny juga menuding Pasmpres enggan menanggalkan sepatu di dalam mesjid Agung kota Tasikmalaya.

Setelah postingan Very Gheny tersebar luas, Pusat Penerangan Kostrad secara tegas membantahnya, bahwa “Tim dari YR 323 telah melakukan tugasnya sesuai prosedur standar pengamanan yang berlaku dan sudah dipastikan telah menanggalkan sepatu di luar mesjid dan menggunakan kaos kaki warna hitam”

Dalam gambar yang beredar, memang betul bahwa Tim dari YR 323 Paspampres (telah) membuka sepatunya, entah apa motif Very Gheny dengan postingannya itu, yang dianggap oleh Pusat Penerangan Kostrad sebagai bentuk pernyataan yang tendesius yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan

Pengamanan Paspampres Sudah Tepat

Menurut Direktur Aswaja Center Tasikmalaya, Kiai Yayan Bunyamin “Pengamanan yang dilakukan oleh Paspampres sudah tepat, karena Presiden sebagai Simbol Negara dan sudah seharusnya mendapatkan pengamanan seketat mungkin. Kita masih ingat bagaimana Khalifah kedua Sayyidina Umar, ditikam saat melaksanakan shalat di dalam Mesjid”.

Pengamanan ketat di Mesjid bukan sesuatu yang baru, karena toh di Masjidil Haram Makkah, terlihat di sudut tertentu ada penjagaan dari militer, lanjut Kiai yang akrab disapa Kang Yamin, lagi pula foto yang tersebar adalah simulasi (gladi). Pada faktanya, setelah itu, Presiden Jokowi di dalam Mesjid seperti biasa dikerumuni oleh warga yang antri untuk bersalaman, dan itu bukan hanya di Mesjid Agung namun juga di Mesjid Cipasung saat pelaksanaan ibadah Tarawih, begitupun Paspampres berbaur dengan masyarakat.

“Berbaiksangkalah kawan, sekali lagi Paspampres hanya menjalankan tugasnya sesuai protokoler kenegaraan, perlu diingat bahwa salah satu unsur dari Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden) terdapat juga ulama, kalau ada hal-hal yang tidak cocok di Mesjid mereka akan menyampaikannya”. imbuh Pimpinan Ponpes Rahmat Semesta ini.

Standar pengamanan Paspampres dalam rangka antisipasi bila terjadi hal-hal yang tidak diingikan, terang Kang Yamin, bukan karena mengira bersuudzon terhadap warga sekitar Mesjid.

Menjawab Tuduhan Takut Mati
Salah satu yang diduga simpatisan ormas tertentu (inisial DWA) mengomentari akun Facebook Kang Yamin, bahwa “Tindakan pengamanan Pasmpampres menandakan Presiden geus kentel ku sifat Wahn (sangat takut mati), seharusnya kalau Presiden yakin sudah benar dengan jalannya, jangan takut ada yang menikam, jangan takut mati, justru harus beruntung bisa Syahid dan InsyaAllah masuk surga”

Apakah protokoler penjagaan Presiden seperti itu salah? Timpal Kang Yamin, ketika kita mengunci rumah kita dengan aman apakah hal tersebut sebuah kesalahan? Kang yamin balik bertanya, anda mungkin kurang baca atau lupa, di tahun 1962 terjadi penembakan terhadap Soekarno saat melaksanakan salat Idul Adha. “beruntung bisa Syahid” kalimat ini bagi saya kurang berkenan, naudzubillah, bisa dibayangkan kekacauan yang akan timbul bila hal itu terjadi, kita doakan semoga pemimpin kita diberi keselamatan dan kesehatan oleh Allah SWT.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada jawaban kembali dari yang bersangkutan untuk menanggapi penerangan Kang Yamin.

Memang benar pesan bang napi, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat si pelaku, tapi juga ada kesempatan, kalau memang Protokoler pengamanan Presiden menyalahi aturan Mesjid, maka yang pertama kali angkat bicara adalah MUI atau Dewan Mesjid Indonesia (DMI). Marilah kedepankan kritik yang membangun, kritik yang disertai solusi, bukan hanya sekedar menyinyir.(Dani Faquha/a. Arif)