KANG DENI, ANSOR BERHUTANG KETELADANAN PADAMU

436

KANG DENI, ANSOR BERHUTANG KETELADANAN PADAMU

Kang Deni saya biasa memanggilnya untuk orang nomor satu di Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat ini. Nama lengkapnya Deni Ahmad Haedar, benar-benar menjadi teladan setidaknya untuk anggota, kader dan pimpinan organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan, khususnya keluarga besar Geraka Pemuda Ansor.

Pasalnya Kang Deni baru saja mengambil keputusan untuk undur diri sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Purwakarta dan ingin lebih konsen berkhidmah di Gerakan Pemuda Ansor. Bagi kami para aktivis menilainya sebagai sesuatu yang absurd, langka dan penuh ketauladanan sebagai pimpinan Ansor.

Mundur sebagai komisioner dan jabatan lainnya sudah biasa dilakukan oleh banyak orang, namun bagi saya, menjadi luar biasa, karena lebih memilih aktif memandegani organisasi nir laba yang kita tahu penuh perjuangan dan pengorbanan, melewati jalan berliku terjal namun asik.

Sahabat Deni Ahmad Haidar menyatakan mengundurkan diri secara resmi sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Purwakarta terhitung per-6 Desember 2017. Keputusan Deni Haidar diambil menyusul terbitnya surat KPU RI Nomor 666/SDM.12-SD/05/XI/2017. Surat KPU RI merujuk pada UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Sebagaimana dilansir Purwakartapost.Co.Id keputusannya mundur dari KPU dijelaskan oleh Deni karena memilih untuk mengemban amanah sebagai Ketua PW GP Ansor Jawa Barat yang dijabatnya sejak 2013. “Saya sekarang fokus di GP Ansor Jabar. Aturan undang-undang tidak membolehkan ketua KPU rangkap jabatan dengan pengurus ormas,” katamya.

Atas pilihan Deni mundur dari Ketua KPU Purwakarta ini, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Adung Abdul Rochman memberikan apresiasi dan mengatakan di akun twetternya: “Hormatku setinggi-tingginya padamu Sahabat Deni Ahmad Haidar, pemimpin Jawa Barat. Organisasi ini berhutang keteladanan pdmu. Smg Allah selalu menjagamu, keluarga & anak keturunanmu”. Inilah yang saya jadikan judul coretan yang sederhana ini.

Saya mendengar dan juga menyaksikan sendiri, Kang Deni adalah sosok Ketua PW Ansor yang rajin turun ke Pimpinan Cabang (PC) dan Pimpinan Anak Cabang (PAC), bahkan hingga ke basis Pimpinan Ranting Ansor. Hampir semua PAC (kepengurusan Ansor di level kecamatan) di Jawa Barat telah dikunjunginya untuk sosialisasi dan implementasi program-program Ansor.

Saat ini menurut data Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa barat yang dipimpin Sahabat Deni memiliki 27 PC dari 27 Kabupaten yang ada di Jawa Barat, memiliki 524 PAC dari 582Kecamatan yang ada. Ini tugas yang tak kalah besar dan terhormat mendampingi masyarakat agar berdaya dan bisa berkontribusi dalam pembangunan.

Hampir disetiap pelatihan Pelatihan Kader Dasar (PKD), Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser, Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL), Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) dan berbagai pelatihan pengembangan kader lainnya ia selalu mendampingi sampai selesai. Pengalaman saya menghadiri PKL dan Halaqah di Jabar, pasti ada Kang Deni, baik semasa sebagai Sekretaris PW maupun kini sebagai Ketua PW Ansor.

Tulisan ini bukan untuk memuji-muji dan terkesan lebay pada kader, tetapi ini fakta sebuah model pimpinan Ansor zaman now, yang layak diapresiasi dan menjadi tauladan di saat kita mengalami krisis kepemimpinan. Fenomena ini adalah pelopor idiologis yang agak sulit dicari padanannya.

Konsekuensi lahirnya UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang ditindaklanjuti dengan surat KPU RI Nomor 666/SDM.12-SD/05/XI/2017 adalah mengharuskan setiap penyelenggara pemilu tidak boleh merangkap jabatan pada organisasi berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Dan orang-orang yang senasib seperti Kang Deni jumlahnya cukup banyak. Dan dia telah menentukan pilihannya untuk terus berkhidmah kepada Gerakan Pemuda Ansor.

Saya tidak hendak mengatakan sahabat-sahabat yang lain yang lebih memilih KPU daripada GP Ansor menjadi kurang hebat, namun ini adalah fenomena yang perlu diketahui oleh banyak kader di seantero nusantara. Masih banyak peran yang bisa dilakukan oleh sahabat-sahabat yang karena undang-undang tersebut terpaksa harus memilih pada pilihan yang sangat delematis dan sangat sulit. Saya menyadari akan hal itu.

Gerakan Pemuda Ansor tentu berbangga mempunyai kader seperti Kang Deni. Kader yang berdedikasi dan berkomitmen tinggi pada satuannya. Semoga Kang Deni dan keluarga senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan dalam mengabdikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan GP Ansor.

Mengakhiri tulisan ini saya mengutip pesan Khadratus Syaih Hasyim Asy’ari : “Siapa yang mengurus NU, saya anggap santriku, siapa yang menjadi santriku saya doakan khusnul khotimah beserta keluarganya”.

Pesan lainnya adalah dari KH. Ridwan Abdullah: “Jangan takut tidak makan kalau berjuang mengurus NU. Yakinlah! kalau sampai tidak makan, komplainlah aku jika aku masih hidup. Tapi kalau aku sudah mati maka tagihlah kebatu nisanku”.

Landasan teologis dan idiologis sudah ditanamkan oleh para pendiri Nahdlatul Ulama dan insya Alloh yang berjuang di NU tidak akan sia-sia bahkan akan mendapatkan keutamaan sebagaimana dawuh beliau-beliau. Wallahu a’lam bi al-shawab

Lapangan Banteng, 14 Desember 2017

Ruchman Basori
Ketua Bidang Kaderisasi Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor