Jika Muslim Indonesiam Memusuhi Cina dan Non Muslim , Ini yang Dikhawatirkan Kyai Said

657

Jepara (ansorjabar online)
Sudah delapan tahun Kanjeng Nabi Muhammad SAW meninggalkan Makkah. Suatu saat, beliau kangen ingin berkunjung ke kota suci tersebut. Dari Madinah, Nabi membawa para sahabat berjumlah 15 ribu orang.

Ketika sudah sampai di Makkah, ada seorang sahabat yang berteriak keras, “alyaum yaumul malhamah/ hari ini adalah hari balas dendam”. Orang yang dulu pernah menghina dan membunuh para sahabat yang mengikuti Nabi, sudah saatnya dibalas.

Namun, ucapan sahabat itu buru-buru ditepis Nabi Muhammad, “al yaum yaumul marhamah/ hari ini adalah hari kasih sayang, hari ini hari rekonsiliasi (akur maneh)”. Kata Nabi, tidak ada balas dendam atas semua kesalahan penduduk Makkah. Tidak ada hari pembalasan kepada mereka yang dulu sangat memusuhi Nabi di Makkah. Semua dimaafkan oleh Nabi. Masyaallah.

Atas akhlak Nabi tersebut, akhirnya seluruh penduduk kota Makkah waktu itu bersaksi secara massal, menyalami Rasulullah dan berkata, “Demi ayah dan ibuku, aku bersaksi, engkau sungguh pribadi mulia, putra orang mulia dari kakek yang mulia”. Mereka akhirnya justru masuk Islam tanpa diminta, hanya karena diberi maaf oleh Nabi.

“Kalau Islam sikapnya seperti ini, Insyaallah Islam semakin disegani oleh para tetangga kita,” kata Ketum PBNU KH Said Aqil Siraj dalam ceramahnya pada Harlah NU ke 94 yang diselenggarakan oleh PCNU Jepara di alun-alun 2 Jepara, Ahad (16/04/2017).

Kiai Said mengingatkan, di sebelah utara Indonesia ada Cina yang berpenduduk 1 miliar, dananya banyak, senjatanya kuat, “kalau Islam Indonesia tidak ramah, tidak santun, menghina Cina di sini, pasti mereka marah,” terangnya kepada puluhan ribu nahdliyyin yang hadir.

Begitu juga di Selatan Indonesia ada Autralia, negara yang sangat kuat senjata dan teknologinya. “Walau penduduknya sedikit, kalau kita macam-macam dengan non muslim, pasti akan diganggu oleh sebelah Selatan,” tuturnya.

Makanya, sebagaimana amanat KH Hasyim Asyari, NU harus pandai-pandai menjaga martabat Islam agar dihargai oleh semua bangsa-bangsa yang ada di dunia ini. “Inilah yang saya maksud dengan Islam Nusantara, Islam yang menghormati budaya,” imbuhnya. (Badri)