“Jihad melawan Komunisme” : Pola Baru Islam-populisme di Indonesia

1191

Oleh : Moch Ramdani *)
Rangkaian Aksi Bela Islam yang merupakan aksi unjuk rasa yang diadakan di Indonesia, terutama di kota Jakarta sebagai reaksi atas pernyataan gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang mengeluarkan pernyataaan yang dianggap menistakan agama, Aksi-Aksi tersebut tidak bisa lepas dari framing yang dilakukan sekelompok orang atau kepentingan dengan menggunakan media massa dan media sosial, Penggunaan media massa dan medsos secara masif telah membangkitkan sentimen antikemapanan, dan ilusi tentang bentuk baru pemerintahan NKRI. Aksi Bela Islam membawa bukti yang meyakinkan. Dengan bukti Ratusan ribuan ummat menggenangi jalan protokol dan mengelilingi Monas.

Ormas seperti FPI meroket dan bahkan pimpinannya khutbah di depan Presiden. Sejajar dengan itu, banyak analisis yang melihat ini adalah gerakan yang harus diakui hasil dari kumpulan situasi sosial yang kompleks: kekalahan orang miskin, marginalisasi buruh hingga naiknya fundamentalisme.  Gerakan ini seperti gerakan yang diawali dari sebuah harapan yang mau karam.

Pada tataran akan rumput, perdebatan telah berubah menjadi saling caci antar pendukung Rizieq dan Ahok. Para pendukung ‘Aksi Bela Islam’ menuding mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung aksi sebagai kurang Islam bhakan tidak segan-segen menyebut mereka dengan kafir, Komunis ,Bahkan Syiah. Sementara para penolak ‘Aksi Bela Islam’ menganggap aksi massa yang memobilisasi ratusan ribu orang untuk turun ke jalan, alih-alih membela Islam, justru merendahkan Islam dan tak lebih sebagai buang-buang energi umat Islam untuk hal yang tidak substansial dan remeh temeh.

Dalam aksi yang pada awal nya merupakan Gerakan Bela Quran dan selanjutnya menjadi Bela Islam dan kini menjadi BelauUlama ini Anehnya, Aksi-aksi tersebut malah menjadi ajang Perlawanan terhadap Komunisme atau PKI (Partai Komunis Insdonesia) yang di mana isu komunisme  Selalu  menjadi bagian dari rentetan beberapa aksi yang meng-atasnamakan Bela islam ini.

Komunisme yang bahkan di negeri sumbernya sendiri telah gugur, kini di Indonesia, komunis dijadikan seperti hantu palsu untuk jatuhkan Pemerintahan dan dijadikan alat Untuk menuduh orang atau kelompok yang menentang Aksi mereka.

Kasus tuduhan penistaan agama kepada Ahok seakan di framing oleh kelompok Islam radikal (politik) terutama melalui media sosial dan situs yang menyuarakan kelompok radikal ke dalam isu sentimen anti Cina dan bahaya komunis atau PKI, karena Ahok dianggap menjadi bagian dari proxy war yang dilakukan oleh RRC di Indonesia.

Pada Akhirnya gerakan ini, yang semula Gerakan Membela Al-Quran berubah menjadi Gerakan Anti PKI. Di mana dalam Aksi mereka selalu menampilkan simbol-simbol PKI yang harus di lawan, dan mereka menganggap Komunisme sebagai sesuatu yang sangat mengancam Umat islam dan Dan Kedaulatan Negara IndonesiaKasus yang terbaru Uang Resmi Keluaran terbaru Pemerintah di tuduh menampilkan gambar Palu Arit. yang notabene simbol PKI. Hal ini di jadikan bukti oleh kelompok ini sebagai tuduhan kepada pemerintah, bahwa pemerintah Pro terhadap PKI. 

Namun Yang Jadi Pertanyaan kenapa PKI yang Harus di lawan, dan Kenapa PKI yang di jadikan Ancaman,? bukan lagi Zionis atau Yahudi yang telah lama mereka jadikan Musuh Islam ?

Mungkin karna Bagi sebagian rakyat Indonesia, mendengar kata Partai Komunis Indonesia (PKI) seolah mendengar sebuah hantu yang sangat menakutkan. Bahkan sebagian menganggap PKI adalah bahaya laten (terpendam) bagi republik ini.

Kebencian terhadap PKI tentu bukan tanpa alasan. Ketika Orde baru berkuasa, PKI seolah menjadi organisasi ‘haram’ di republik ini. Kampanye anti PKI pun dilakukan dengan berbagai cara. Termasuk dengan film.

Film G 30 S/PKI menjadi salah satu alat propaganda efektif pemerintah orde baru untuk menyematkan label pemberontak kepada PKI. Melalui film tersebut rakyat Indonesia ‘dipaksa’ untuk mengamini bahwa PKI adalah sebuah partai yang ingin menggulingkan pemerintahan yang sah dengan cara keji.Hal ini seakan di manfaatkan oleh para Jihadis untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat dalam gerakan-gerakan yang di jalankanya.

Ada berbagai penjelasan untuk menjelaskan “jihad melawan Komunisme ” menjadi sumber yang paling menonjol dari Islam-radikalisme di Indonesia saat ini Pertama, Mereka menganggap china yang di tuduh Sebagai Komunis yang telah menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk, mengeksploitasi, dan menekan komunitas Islam (Umat) di Indonesia. Kedua, kondisi Muslim secara moral terdegradasi karena pengaruh budaya Asing dan jauh dari nilai-nilai Islam. Hal itu pandang adanya konspirasi terselubung oleh orang-orang PKI untuk berencana untuk memerintah dan mendominasi Indonesia melalui komunisme, liberalisasi ekonomi, dan ateisme.

Islam-Populisme di Indonesia.

Tidak mudah mendefinisikan populisme. Berbagai literatur yang ada tidak menghasilkan konvergensi definisi.
Cas Mudde, salah satu ilmuwan politik yang studinya tentang populisme cukup banyak dirujuk, mendefinisikan populisme sebagai “posisi politik yang menempatkan ‘rakyat kebanyakan’ dan ‘elit yang korup’ dalam posisi antagonistik, dan melihat politik sebagai ekspresi dari keinginan umum rakyat kebanyakan”.

Berbagai pemikiran lain melihat populisme sebagai ekspresi politik yang memiliki beberapa elemen. Pertama, anti kemapanan, dalam arti mewakili ekspresi kelompok yang merasa termarjinalkan; kedua, adanya otoritas pemimpin, baik melalui kharisma atau figur personal maupun pesan yang bersifat apokaliptik (“Negara kita bangkrut, kita sedang menuju neraka”). Ketiga perasaan in-group yang kuat, yang dalam banyak hal ditunjukkan dalam sentimen ‘kita vs mereka’ – garis pembatas bisa berdasarkan kelas atau status ekonomi (seperti di Thailand), penduduk vs imigran, bahkan ras dan agama seperti muslim vs non muslim.

Dengan menempatkan Islam-populisme sebagai perspektif utama, hal ini menunjukkan bahwa radikalisme muncul dari semangat pembebasan untuk bebas dari ketimpangan ekonomi dan marjinalisasi politik. Seperti yang terjadi di kasus Turki dan Mesir, radikalisme Islam muncul sebagai berpengaruh kekuatan politik dalam rezim pasca-otoriter orde baru. Radikalisme di Indonesia juga mengalami fitur serupa dengan mengandalkan kekuatan populis Muslim. Namun demikian, gerakan populisme di Indonesia tidak berkembang menjadi kekuatan politik utama karena pengaruh kuat dari sekuler dan politik nasionalis dalam politik formal. gerakan Islam populis menjadi radikal karena kegagalan dalam politik formal.

Namun kini, perang suci sebagai konsep jihad berarti perjuangan untuk membasmi Komunisme sebagai setan besar yang siap menghancurkan umat islam dan gagasan Islam kekhalifahan, negara Islam, dan penerapan syariah yang menjadi gagasan dari organisasi radikal di Indonesia saat ini seakan menemukan momuntemnya, di mana Para Jihadis mulai lantang menyuarakan revolusi dengan menawarakan Gagasan khilafah sebagi solusi dan dengan vulgar sudah berani menghina Pancasila dan UUD 1945.