Iri Hatilah Pada Etnis Tionghoa

1490

Oleh : Ayi Sopwanul Umam*

“Tidak Ada Bangsa Yang Memiliki Ketertarikan Yang Mendalam Dengan Masa Lalu Atau Sejarah Ketimbang Bangsa China” – Robert Greene

Ir. Soekarno dalam salah satu kutipan pidatonya menyatakan “Jas Merah: Jangan Lupakan Sejarah”. Ruang publik kita Akhir-akhir ini disibukan dengan beragam isu yang menyudutkan salah satu etnis terbesar di dunia yaitu etnis tionghoa/china, mulai dari isu/atau pemberitaan mengenai salah satu calon Gubernur DKI yang notabene peranakan China, kemudian yang terbaru adalah mengenai wacana tingginya jumlah TKA (Tenaga Kerja Asing) asal China atau Tiongkok.

pertanyaan nya mengapa kita disibukan dengan berkerja ekstra keras membahas persoalan-persoalan tersebut? bisa saja hal tersebut timbul dari kekwatiran yang mendalam, mengingat semakin sengitnya pertarungan ekonomi politik global saat ini, atau bisa saja hal itu terjadi hanya sebatas keirian hati kita yang tidak mampu mengejar prestasi mereka. persoalan ini patut direnungkan untuk menjawabnya, karena kita semua yakin bahwa kita adalah tuan dalam dunia pendapat dan akal sehat.

Seorang filsuf Kierkegaard mengatakan tindakan iri hati adalah “Kekaguman yang tidak membahagiakan” Jadi sangatlah tidak berguna bagi kita kalau hanya sebatas, nyinyir mencemooh, atau menyudutkan tanpa ada satu tindakan nyata dan suatu kreatifitas di bidang apapun yang  kita buktikan. karena sifat iri hati sangatlah berbahaya yang akan menggerogoti dan terus mencengkram. kalaupun kita harus beriri hati, beriri hatilah yang produktif. yaitu menjadikan iri hati sebagai nilai semangat untuk mensejajarkan posisi kita dengan mereka suatu hari nanti.

Masalahnya yang hari ini terjadi kita hanya sibuk menjadi orang gila dengan terus tanpa henti ceramah dan berdebat di media dan di ruang-ruang publik yang itu semua hanya melahirkan kebencian, rasis dan menimbulkan ketegangan social.  karena tingkat konflik di dunia modern lebih besar daripada sebelumnya dan kita telah menunjukannya dalam kehidupan kita masing-masing. kata-kata banyak dan mudah di dapat. di tengah perdebatan yang sengit di media, kita semua bersedia mengucapkan apapun untuk menyokong pendapat kita, megutif kitab suci, merujuk statistika para ahli, alih-alih hanya untuk menang berdebat. lalu apa yang di hasilkan dari itu semua? tindakan nyata dan kreatifitas jauh lebih dahsyat dan bermakna.

mengutip bahasanya Robert Greene ;

Raihlah kemenangan lewat tindakan anda, jangan pernah menang lewat perdebatan” .

Maraknya kampanye anti etnis keturunan Tionghoa di indonesia saat ini sangat jauh sekali dari nilai-nilai kebhinekaan, Mestinya mereka di perlakukan sebagaimana warga negara yang lain dalam posisi yang setara tanpa terkecuali. Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena Etnis Tionghoa juga memiliki peranan penting bagi Indonesia saat ini. Sejarah bangsa ini mencatat bagaimana warga Tionghoa ikut bahu-membahu dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan kolonial Belanda dengan menjadi pemasok persenjataan. Kelompok etnis Tionghoa adalah sama dengan suku-etnis bangsa lain, seperti etnis-suku Jawa, Batak, Papua, Arab, India, Jepang dan Eropa yang sudah lama hidup dan menjadi penduduk atau warga negara Indonesia. Mereka juga memilik hak yang sama sebagai warga negara yang sah sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.

Berhentilah dari sekarang untuk nyinyir dan mencemooh karena dengan melakukan hal itu, kita Nampak seperti orang gila. Mulailah dari saat ini juga membuktikan tindakan-tindakan yang nyata dan kreatifitas karena hal itu jauh lebih produktif.

*Sekertaris Umum PKC PMII Jawa Barat