INILAH KAWAH CANDRADIMUKA ANSOR

82

INILAH KAWAH CANDRADIMUKA ANSOR

Mengawal proses kaderisasi membutuhkan komitmen diri, kerja keras, disiplin dan harus bersedia mengenyampingkan urusan-urusan pribadi. Segalanya dipertaruhkan agar proses dan dinamika gerak organisasi dilakukan oleh para pemimpin dan kader yang terlatih dengan sistem yang mapan.

Gerak langkah Gerakan Pemuda Ansor dibawah kepemimpinan Yaqut Cholil Qaumas (Gus Tutut) dengan Sekjennya Adung Abdul Rachman menunjukan bentuk komitmen riil para aktivis Ansor, akan pentingnya kaderisasi. Profil kepemimpinan yang dipadukan dengan langgam yang apik dan etis, menjadikan nadi organisasi kaum sarungan ini, menjadi sangat dinamis, menarik dan bergairah.

Berbagai komunitas hampir setiap hari datang silih berganti menyambangi kantor Pimpinan Pusat Ansor. Dari abangan, nasionalis hingga kelompok religius. Dari rakyat biasa, birokrat hingga pejabat. TNI/Polri dan petinggi negeri sempat merasakan duduk di kursi Ansor yang sederhana. Pun para aktivis LSM dan penggerak masyarakat sampai pecinta seni budaya ingin berkesempatan masuk ke dalam rumah Aswaja ini.

Mereka datang ingin banyak berdiskusi, berbagi pengalaman, dan kadang sekedar curhat tentang berbagai persoalan bangsa. Menipisnya semangat satu bangsa dan mengabaikan anak bangsa yg lain menjadi keprihatinan bersama. Ujaran kebencian, merasa dirinya yg paling benar (truth claim) dan sampai menganggap yg lain kafir adalah yg menjadikan mereka ingin nencari solusi bersama Ansor. Indinesia harus diselamatkan.

Belum lagi soal munculnya kelompok yg ingin mengganti pancasila dengan idiologi yang lain lebih jelasnya khilafah Islamiyah telah menggugah kesadaran publik bahwa kita harus duduk bersama dan mempererat barisan. Yang datang menemui Ketum Ansor dan fungsionaris pimpinan pusat yang lain adalah mereka yg mengatakan kita ini sama sebagai bangsa Indonesia dan bangsa dunia yg plural, atau bhineka tunggal ika.

Kondisi demikian bagi saya adalah cermin dari komitmen kaderisasi Ansor yang dimanifesrasikan oleh para kader dan pemimpin berupa pola pikir, sikap dan prilaku keagamaan yg inklusif, moderat dan toleran.

Buah dari kaderisasi adalah tumbuhnya sikap dan kuatnya komitmen nilai-nilai kebangsaan. Bahwa NKRI adalah anugerah Tuhan yg harus dijaga dan menjajadi rumah bersama. Bagi Ansor Indonesia bukan hanya milik Islam tapi juga Kristen, Katolik, Hindu dan Budha juga raktat dari berbagai latar belakang etnik, budaya dan bahasa.

Kaderisasi juga mengajarkan bahwa pluralitas adakah sunnatulloh yg dijunjung tinggi dalam Islam dan juga bangsa Indonesia. Orang lain (the outher) bagi Ansor adalah teman, tidak membahayakan dan bukan ancaman. Karenanya teman2 merasa seperti di rumah sendiri dan menamakan diri sebagai Sahabat Ansor.

Ya lebih dari 1,7 juta anggota dan kader Ansor dari Sabang sampai Merauke kini telah sasar bahwa kaderusasi harys menjadi tekad utama membangun organisasi. Maka tdk berlebihan jika Ansor adalah kawah candradimuma mencerak calon-calon pemimpin bangsa.

Ansor menjadi tempat saling asah, asih dan asuh. Belajar saling menerima dan memahami perbedaan. Mengyatkan tali keindonesiaan dan kebhinekaan dalam wadah NKRI. Inilah kawah candradimuka kaum muda yg jauh hari telah disiapkan oleh para ulama, kyai dan santri yg bijak bestari memandu negeri.

Anda semua sudah berada di jalan yg benar dg bergabung menjadi Ansor yg namanya mengambil marwah para sahabat Ansor yg sangat heroik pasa perustiwa hijrah Nabi Muhammad Saw sebagai Sang Penolong.

Kami tunggu di kawah candradimuka Ansor di arena pengkaderan. Pelatihan Kepemimpinan Nasional menunggumu di PP Raudlatut Tholibin Leteh Rembang dan Latihan Instruktur di PP. Al Hamidiyah Lasem Rembang.

Soekarno Hatta Cengkareng, 1 Desember 2017

Ruchman Basori
Ketua Bidang Kaderisasi Pimpinan Pusat Ansor