Harmoni Kebangsaan dalam Keberagaman

68

Harmoni Kebangsaan dalam Keberagaman

Ditulis Oleh : Vinanda Febriani

Barusan (pukul 13:00 WIB) ada seorang kawan menghubungiku melalui pesan WA. Dia bertanya perihal ucapan selamat yang aku sampaikan kepada umat Buddist melalui coretan digitalku.

Begini bunyi pesan WA darinya,
“Assalamu’alaikum Vinanda. Apakah kamu tidak salah mengucapkan selamat untuk hari raya umat buddha hari ini?. Aku rasa kamu harus memahami suatu hal sebelum kamu menulis, kamu ini wanita muslimah”

Ku balas, “Wa’alaikum Salam Wr. Wb. Tidak salah, dan aku rasa tidak jadi masalah. Memangnya, mengapa kalau aku muslimah lalu aku mengucapkan selamat hari raya kepada agama selain agamaku?”

Tidak aneh sebenarnya menjawab pesan-pesan seperti itu. Sudah banyak pesan yang aku terima, terutama ketika hari raya umat non-muslim. Sering mereka menceramahi, bahkan sampai mencaci-maki aku hanya karena aku mengucapkan selamat beribadah kepada non-Muslim, apakah itu salah?.

Kata kawanku lewat pesan WA tadi, mengucapkan selamat beribadah kepada selain umat muslim itu hukumnya musyrik, haram, bisa menjadikan kita kafir. Usut punya usut, ternyata dia sering mendengarkan ceramah ustad-ustad Youtube yang tidak jelas sanad perguruannya nyambung kepada siapa.

Bahkan, hanya karena aku usianya lebih muda darinya, ia menyuruhku untuk banyak mendengar ceramah Youtube ustad-ustad ‘takfiri’. “Kamu itu masih muda, dek. Jangan belajar Islam lewat orang-orang liberal. Toleransi itu hanya berlaku untuk umat muslim saja, selain itu tidak ada toleransi. Mereka itu kafir dek bagi kita. Rosulullah tidak memperbolehkan kita menyerupai dan bahkan berteman dengan orang kafir. Coba deh kamu banyak mendengarkan ceramah Ustad-ustad di Youtube, pasti kamu bakal nemu fatwa haram mengucapkan selamat beribadah kepada umat selain muslim”, tulisnya.

Miris memang, beberapa orang atau kelompok yang mengaku ‘beragama’ sulit untuk menerima agama yang sudah ada di bumi nusantara jauh sebelum Islam datang. Padahal, Islam datang sebagai rahmat bagi semesta alam. Islam datang sebagai ajaran agama terakhir yang penuh kedamaian, ketenteraman serta cinta kasih dalam point-point ajarannya. Islam datang membawa berkat bukan laknat, membawa persatuan bukan perpecahan, membawa misi perdamaian bukan peperangan. Islam yang di ajarkan Rosulullah adalah Islam yang Rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta alam.

Tuhan bisa saja menciptakan seisi bumi ini seluruhnya beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha atau yang lainnya, ‘Kun fayakun’ maka jadilah apa yang menjadi kehendak-Nya. Namun, mengapa Tuhan tidak melakukannya? Sebab Dia ingin manusia berpikir & bersyukur, Dia ingin manusia satu sama lain saling mengenal, menghargai, menghormati dan saling menyebarkan ajaran cinta kasih walaupun berbeda dalam berbagai segi kehidupan semisal suku, etnis, ras, bahasa, negara dan agama.

Bersyukurlah sebab kita hidup di bumi Indonesia yang beragam, beragama, beretika dan berbudaya. Indonesia adalah negara yang penuh dengan Rahmat. Para Wali, Ulama kharismatik banyak yang lahir di Indonesia. Beragam agama dan kepercayaan mewarnai kehidupan di bumi nusantara ini. Bayangkan saja jika yang ada di Indonesia adalah satu agama saja, satu budaya, ras, suku, etnis dan bahasa saja, apa yang terjadi? Hidup ini hanya terasa ‘Begitu-begitu saja’ serasa tiada warna. Maka kita patut bersyukur dengan beragamnya Indonesia. Hal itulah yang menjadi ciri khas bangsa kita, menjadi harmoni eksotik dalam beagama, berbangsa, bernegara dan berbudaya.

Tidak ada yang salah dengan ucapan ‘Selamat Hari Raya’ untuk non-Muslim. Yang salah adalah ketika seseorang menganggap ucapan tersebut haram dan menjadikan seorang muslim musyrik dan bahkan kafir. Bisa saja, orang yang berfatwa seperti itu justeru imannya lemah. Lah, bagaimana tidak? Masa cuma mengucapkan ‘Selamat Hari Waisak’ saja langsung Kafir?. Lhoyaa, Muslim kok kagetan.

Hidup ini adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, maka kita patut bersyukur kepada-Nya. Dan salah satu cara bersyukur kepada-Nya adalah dengan menjaga, menghargai, dan merawat apa yang diciptakan-Nya di Bumi ini. Segala perbedaan yang ada di Bumi ini adalah atas kehendak-Nya. Maka, wajib kita syukuri keberadaannya, salah satunya dengan cara menjaga kerukunan dan persatuan dalam berbhinneka dan bernegara.

Rawat, Ruwat keberagaman untuk menjaga kebhinnekaan dan memperindah Harmoni Kebangsaan.

Terus tebarkan kebaikan, taburkan cinta kasih dan berbagi karunia, kedamaian untuk semua insan. Salam Persatuan !

Ditulis dengan penuh rasa Cinta
Vinanda Febriani
Siswi kelas XI di MA Ma’arif Borobudur
Netizen Jamaah Kopdariyah Magelang Raya

Borobudur. Selasa, 29 Mei 2018.