Hanya Dengan Jalan-Jalan Ke Jepang, Kiai Said Pernah Mengislamkan 12 Orang Tanpa Peluh

105

Jepara, (ansorjabar online)
Islam Nusantara yang dikampanyekan oleh KH Said Aqil Siraj ke luar negeri ternyata laris manis. Kepada puluhan ribu nahdliyyin yang mengikuti acara sepeda santai dalam rangka Harlah NU ke 94 di alun-alun 2 Jepara (Ahad, 16/04/2017), Islam Nusantara ia nyatakan sebagai bentuk dakwah Islam yang dirindukan dunia.

Mesir pernah mengundang Kiai Said beberapa waktu lalu untuk menyampaikan gagasan Islam Nusantara yang dikembangkan Nahdlatul Ulama. Di Cina, di Kota Xinjiang yang berpenduduk muslim 16 juta, Beijing yang juga berpenduduk 6 juta muslim, Hangzhou ada 2 juta muslim, Kiai Said juga mengaku pernah menyampaikan ceramah Islam damai ala Islam Nusantara juga. “Ini ngundang lagi, ternyata belum cukup saya ceramahnya,” katanya.

Berkah dakwah Islam Nusantara di negeri orang, Kiai Said bahkan pernah mendapatkan berkah bisa mengislamkan banyak orang tanpa berkeringat dan berpeluh. “Saya pergi ke Jepang jalan-jalan, ngomong-ngomong di lobi hotel, langsung 12 orang masuk Islam, termasuk yang punya hotelnya,” terang Kiai Said.

“Yang saya tawarkan Islam yang ramah. Manusia itu bahasa Arabnya insaan, artinya harmoni agar intim. Islam itu artinya salam, damai. Jadi antara insan dan islam, menjadi satu, harmonis dan damai. (Kalau) dijadikan satu, insyaallah kita akan mendapatkan penghormatan dari bangsa-bangsa lain,” tambah Kiai Said, diamini ribuan hadirin.

Karena itulah, Kiai Said menegaskan bahwa NU mendapatkan amanat (tugas) dari KH Hasyim Asyari yang kemudian disebut sebagai amanah wathaniyah. “Tahun 1914, jauh sebelum NKRI, jauh sebelum NU berdiri, Kiai Hasyim Asyari sudah mengatakan hubbul wathan minal iman, cinta tanah air bagian dari iman,” terangnya.

Untuk mendapatkan harmoni dan damai, tegas Kiai Said, nasionalisme harus diisi dengan Islam, dan Islam harus disatukan dengan nasionalisme. Islam saja tanpa nasionalisme membuat agama jadi nampak galak. Nasionalisme tanpa Islam, jadinya abangan, tidak punya nilai dan spirit.

Ulama Timteng Bicaranya Hanya Islam
Menurut Kiai Said yang pernah 14 tahun di Timur Tengah itu, tidak ada ulama besar yang menyatakan seperti Mbah Hasyim, hubbul wathan minal iman itu. Yang ulama, terangnya, bicaranya hanya selalu Islam dan Islam. Sementara yang nasionalis, tidak pernah bicara Islam.

“Saddam Husain, Bashar Assad, Jamal Natsir, Anwar Saddad, Husni Mubarok, Amsal Jalut, HammaD Ibnu Madyan (dan lainnya), mereka nasionalis, (tapi) tidak pernah bicara Islam. Yang Nasionalis tidak pernah bicara Islam. Di sini, KH Hasyim Asyari (adalah)ulama nasionalis-nasionalis ulama,” imbuhnya.

Negara Afganistan yang 100 persem muslim dan 99 persen sunni bermadzhab Hanafi dan berthariqah Naqsyabandiyah serta hanya 1 persen Syiah, “(mereka) peraaang terus entah berapa ratus ribu yang sudah mati. Adik presiden (Amir Hamid Karzai) lagi shalat Idul Adha dibom, (padahal) sama Islamnya, sama Afagnistannya, sama Sunni-nya. Kenapa (begitu)? Karena tidak punya hubbul wathan minal iman,” lanjut Kiai Said.

Sejak Saddam Husain digulingkan, selama 10 tahun sejak 2006, sudah ada rakyat korban perang yang angkanya mencapai 1,5 juta jiwa nyawa melayang. Sudan juga demikian. Selama enam tahun terakhir, sudah ada korban melayan akibat konflik sebesar 600 jiwa.

“Bom meledak di kantor, rumah sakit, sekolah, madrasah, di masjid, mau Indonesia seperti itu?” Tanya Kiai Said, dijawab “tidaaak” oleh ribuan hadirin yang sedang menunggu undian kupon sepeda santai berhadiah mobil Grand Max itu.

Karena orang Jepang mendambakan Islam yang damai, yang menyatukan antara harmoni dan damai itulah, tanpa demo, tanpa ceramah, tanpa menuduh orang lain dengan sebutan miring, Kiai Said mendapatkan berkah bisa mengislamkan orang asli sana, secara mudah. Hanya dengan jalan-jalan. Tanpa pengerahan massa, apalagi diisi caci maki.

Kiai Said ceramah di tengah puluhan ribu peserta sepeda santai yang diselenggarakan oleh PCNU Jepara. Hadir dalam kesempatan itu, Ketua PCNU Jepara, KH Hayatun Nufus, Syuriah PCNU Jepara, KH Ubaidillah Umar, Bupati Jepara (terpilih) Ahmad Marzuqi dan tokoh-tokoh Jepara lainnya dari unsur politisi, birokrat, militer dan segenap para kiai berserta santrinya. (Badri)