FKUB Provinsi Sulteng Menerima Kunjungan Sekjen Protestant Church in The Netherlands

15

FKUB Provinsi Sulteng Menerima Kunjungan Sekjen Protestant Church
in The Netherlands

Palu—Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah Zainal Abidin menerima kunjungan Sekretaris Jendaeral Protestant Church in The Netherlands Pendeta R. de Reuver yang didampingi oleh Majelis Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala, Sabtu (13/04).

Kunjungan dimaksudkan untuk membangun dialog dan kesepahaman dalam mengembangkan kehidupan beragama di Indonesia. Dalam rilis FKUB Sulawesi Tengah, disebutkan kehidupan umat beragama di Indonesia di kenal sangat rukun dan harmonis, meski terdapat enam agama pada Selasa (15/04).

“Indonesia meski bukan negara agama, tetapi masyarakatnya beragama dalam naungan Negara Pancasla yang sangat megayomi dan memperhatikan umat beragama karena dijamin oleh UUD 1945”, kata Zainal Abidin.

Zainal Abidin yang juga Ketua Umum MUI Kota Palu menambahkan, manusia ini hanyalah murid dihadapan Tuhan dan murid tidak boleh saling mengisi raport. “Kita umat beragama hanyalah hambanya dan sesama hamba tidak boleh saling menyalahkan, karena hanya Tuhan pemilik kebenaran sejati”.

Zainal menilai pemahaman beragama umat Islam di Indonesia jauh lebih baik bila di banding dengan pemahaman beragama umat Islam di negara lain. “Umat beragama di Indonesia lebih toleran karenanya tidak ditemukan konflik di Indonesia berberlatar belakang agama, tetapi lebih hanyak menjadikan isu agama sebagai alat propaganda atau agama dibawa-bawa agar lebih menarik”, katanya.

Mantan Rektor IAIN Palu itu prihatin dengan adanya sekelompok orang yang membawa-bawa agama untuk kepentingan politik.

Pendeta R de Reuver Sekretaris Jendaeral Protestant Church in The Netherlands merasa sangat kagum dan salut dengan kehidupan beragama di Indonesia dan ini sengat berbeda dengan apa yang dia ketahui sebelum datang ke Indonesia.
“Selama ini masyarakat di Belanda menganggap bahwa muslim di Indonesia tidak jauh berbeda dengan muslim di dunia lainnya, dimana mereka sangat tertutup dan jarang mau bergaul secara luas dengan warga non muslim”, Kata Reuver.

Saat terjadi kasus Ahok misalnya, Reuver menceritakan anggapan orang di Belanda bahwa umat minoritas di Indonesia ditindas oleh umat mayoritas (Islam), namun ternyata anggapan mereka salah. “kasus Ahok tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan beragama di Indonesia dan bahkan tidak menciderai kerukunan umat beragama yang sudah terbangun selama ini”, katanya.

Reuver menyadari bahwa analisa mereka di Belanda tentang konteks beragama di Indonesia sangat minim justru dalam keberagamaan kita mampu hidup bersama. “Umat beragama di Indonesia sering berdiskusi bersama dan berdoa bersama untuk keselamatan umat dan bangsa ini”. Pendeta Reuver berjanji akan menjelaskan hal ini kepada pemerintah Belanda dan warga non Muslim di sana.

Pendeta Reuve dan Miss Corrie juga menanyakan tentang pandangan agama dalam menyikapi bencana di Indonesia. Menanggapi hal ini Muhtadin Dg. Mustafa, Sekretaris FKUB Sulawesi Tengah menjelaskan bahwa dalam pandangan agama Islam, bencana-bencana itu terjadi tidak selamanya disebabkan oleh kemarahan Tuhan, tetapi lebih pada ulah manusia yang secara terus menerus mengekploitasi alam hingga diluar batas kewajaran.

“Manusia harus menyadari bahwa ia ditugaskan ke bumi dengan mengemban misi untuk menjaga dan memakmurkan bumi ini dan bukan sebaliknya”, kata Muhtadin.

Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Sinode Gereja Protestan Pendeta Dr. R. de Reuver, Miss Corrie Van Der Vea, Pendeta Dr. A.Z. Ronderoum, Uhut Hutapea, SH, Pendeta Erasmue, SH, Pendeta Wilsum Lumpie. Pengurus FKUB Sulteng Prof. Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag, Dr. H. Muhtadin Dg. Mustafa, M.HI, Ketut Suasana, SH. MH, dan Agustinus Motoh, SH. Sedangkan Pengurus MUI Kota Palu H. Munif Godal, Lc. MA, Drs. Ulumuddin, M.Si dan Ust. Yunus.

Pendeta Reuver dari Sinode Gereja Protestan Belanada berharap Pengurus FKUB Provinsi Sulawesi Tengah dapat berkunjung ke Belanda agar bisa menjelaskan kehdiupan umat beragama yang sebenarnya kepada pemerintah Belanda dan masyarakat serta organisasi keagamaan di Belanda. (Muhtadin/RB)