Di Barisan Depan Aku Menangis

2157

Saat Ketua Umum PP GP Ansor Gus Yaqut mengumandangkan orasi kebangsaan di Apel 15 Ribu Banser se-Jabar, aku sengaja menggerakkan kakiku menuju shaf (Barisan) Paling depan. Kira-kira berjarak 2 meter saja dari panggung dimana beliau pekikkan suara tegasnya.

“Kita lawan dengan segenap jiwa dan raga hingga nyawa harus siap ditumpahkan, jika perlawanan kelompok penghujat dan penghina ulama sebagai Warastatun anbiya terus mengalir hingga kini berani menginjak harga dirinya melalui ikhtiar semu ingin mengganti azas tunggal NKRI yakni PANCASILA dengan sistem khilafah Islamiyah (Negara) Islam ,” tegas Ketum Gus Yaqut.

Entah apa yang mempengaruhi, kali ini Gus Yaqut tampak semangat membara tidak seperti biasanya, teriakannya pun serasa tembus pada relung sendi dan pembuluh darahku, hingga perlahan pipiku tidak terasa basah dibanjiri air mata.

Aku terperangah, juga takjub siapa yang menggerakkan kaki-kaki itu hingga 15 ribu anak bangsa dari puluhan kota-kabupaten di Jabar rela tidak dibayar bersama-sama memproklamirkan diri bahwa kita semua setia pada agama, ulama dan Bangsa tercinta.

Jika yang tidak diharapkan perang saudara terjadi, pembubaran HTI menjadi pintu masuk kelompok ekstrimis disokong pemodal beridiologi wahabi dan yang lainnya memanfaatkannya menjadi senjata, hingga menebar ancaman dalam bungkus revolusi sebagai mimpi mereka mematri cita-cita khlifah islamiyah maupun NKRI bersyariah, rasanya Banser Ansor dan Nahdlatul Ulama (NU) juga pasti tidak mundur walau sejengkal dari barisan yang paling depan menghalaunya.

Aku ingin tuntaskan air mataku jatuh, bukan karena paling sulit sekali aku menangis, akan tetapi wajah negeri yang mulai dikoyak memudahkannya pecah. Nabi sang pencerah dan pemberi hidayah menitipkan masa depan peradaban pada Kyai dan Ulama sebagai pewarisnya, itulah sebabnya saya tidak akan pernah meninggalkan jamaah dan poro kyai di Nahdlatul Ulama (NU).

Saya ingat ada riwayat dari Umar Ibnu Alkhottob bahwa Rasulullah Muhammad SAW bersabda : Ikutilah kelompok yang banyak dan jauhi perpecahan. Karena setan bersama orang yang sendirian. Setan akan lebih jauh dari orang yang berduaan. Barangsiapa menginginkan tempat yang lapang di syurga, maka ikutilah aljamaah. (HR. Al-Tarmidzi dan ia berkata Hasan shahih”) .

Makanya aneh saja rasanya jika kelompok unyu-unyu ingin membiaskannya melalui kalimat “Tidak perlu ber NU atau menjadi kader Muhammadiyah atau lainnya, yang terpenting Islam yang dipeluk sebagai agama, pastikan saja kalimat itu salah besar karena kelihatan sekali didalamnya berisi perasaan was-was dan terjepit.

Selain itu, aku unjuk tangan paling depan untuk bersepakat dengan maqolah Al-Imam Abu Al- Muzhaffar Al-Asfarayini bahwa:

Diantara ciri khas ahlusunnah waljamaah pernah diterangkan dalam riwayat lain, dimana Rsosulullah Muhammad SAW pernah ditanya tentang siapakah kelompok yang selamat, kemudian Rosul menjawab bahwa kelompok yang selamat adalah al-Jamaah.

Ini adalah identitas yang khusus kepada kita (mazhab al-Asári dan Al-Maturidi), karena semua orang yang alim dan yang awam dari berbagai golongan, menamakan mereka dengan nama ahlusunnah waljama’ah. Nama Aljamaah tidak mencakup golongan khawarij”

Kelompok yang merongrong juga bisa kita asumsikan mirip-mirip dengan khawarij, mereka menentang segala yang tidak sepemahaman dan menganggap kafir kelompok lain dan layak dibunuh.

Kondisi saat ini membahayakan akan tetapi sekaligus membahagiakan karena kami menunggu saat-saat begini, mendapatkan musuh yang jelas, tampak dan mereka telah menganggat senjata untuk membangunkan kita semua dari tidur panjang. Tapi kami yakin kemenangan itu makin tampak terang benderang, kekuatan berlipat mulai mengelilingi dengan segenap energi istimewa.

Banggalah berAnsor, berNU dan ber-Islam Ahlusunnah Waljamaah Annahhdliyyah.

Salam,
Taufiq Rahman
(Pengurus PC GP Ansor/Departmen Penerbitan Kab Indramayu)