Deklarasi Humanitarian Islam

257

Islam Untuk Kemanusiaan: Membangun Strategi Untuk Menghadirkan Islam Sebagai Realitas Rahmat Bagi Peradaban Umat Manusia

JOMBANG, Pada 21-22 Mei 2017, Gerakan Pemuda Ansor dan Bayt ar-Rahmah menjadi tuan rumah pertemuan internasional para Ulama untuk mengkaji dan membicarakan elemn-elemen bermasalah di dalam ortodoksi Islam, yang mencegah umat Islam beradaptasi secara harmonis dengan peradaban modern. Pertemuan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Jombang, Jawa Timur— tempat kelahiran Nahdlatul Ulama (NU) dan gerakan pemudanya, Gerakan Pemuda Ansor.

Banyak masalah yang menimpa umat Islam muncul dari apa yang disebut “Sensibilitas Keagamaan” (Religious Sensibility). Unsur primer dalam membentuk sensibilitas keagamaan umat Islam adalah korpus pemikiran Islam klasik (turats)—dan secara khusus fiqh (hukum Islam)—yang mencapai puncak perkembangannya pada Abad Pertengahan dan membeku, secara luas tidak mengalami perubahan hingga dewasa ini.

Kesenjangan besar sekarang ada antara struktur ortodoksi Islam dan konteks aktual (kehidupan) umat Islam, karena perubahan sangat besar yang terjadi sejak ortodoksi Islam secara luas dimapankan menjelang akhir Abad Pertengahan.

Keterputusan antara prinsip kunci ortodoksi Islam dan realitas peradaban kontemporer ini bisa, dan seringkali, membawa umat Islam pada petaka fisik, moral dan spiritual, jika mereka bersikukuh mematuhi elemen-elemen tertentu fiqh, tanpa memperhatikan konteksnya saat ini. Di antara isu kompleks yang bercokol pada kesenjangan ini adalah:

Praktik-praktik normatif yang mengatur hubungan antara umat Islam dan non-Muslim, termasuk hak-hak, tanggung jawab dan peran non-Muslim yang tinggal dalam masyarakat mayoritas Musim, dan sebaliknya;

Hubungan antara dunia Islam dan non-Muslim, termasuk alasan-alasan konflik dan norma-normanya;

Eksistensi negara-bangsa dan keabsahannya—atau tidak absahnya—sebagai sistem politik yang mengatur kehidupan umat Islam; dan

Konstitusi dan perundang-undangan negara/sistem hukum yang dihasilkan dari proses-proses politik modern, dan hubungannya dengan syari’ah.

Jika umat Islam tidak membicarakan isu-isu penting ini, siapa pun—kapan pun—bisa memanfaatkan ortodoksi Islam untuk menolak apa yang mereka klaim sebagai hukum dan otoritas negara kafir menjadi tidak sah dan membantai warga negaranya, tidak peduli apakah mereka hidup di negara Islam atau Barat. Inilah benang berdarah yang menghubungkan banyak peristiwa dewasa ini, dari Mesir, Syria dan Yaman hingga ke jalan-jalan Mumbai, Jakarta, Berlin, Nice, Stockholm dan Westminister.

Perpecahan sipil, aksi-aksi terorisme, pemberontakan dan juga peperangan—yang semua dilakukan atas nama Islam—akan terus menimpa umat Islam, dan mengancam umat manusia secara luas, hingga isu-isu ini diakui dan dipecahkan secara terbuka.

Jelasnya, dunia sedang membutuhkan sebuah ortodoksi Islam alternatif, yang dapat diterima dan diikuti oleh mayoritas umat Islam.

Pertanyaan yang menghadang umat manusia—Muslim dan juga non-Muslim—adalah: bagaimana kita bisa mendorong, dan akhirnya memastikan, bahwa sebuah alternatif seperti itu tidak hanya muncul, tetapi juga menjadi ortodoksi dominan?

GP Ansor telah mengadopsi Deklarasi Gerakan Pemuda Ansor tentang Islam untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam), yang meringkas pandangan GP Ansor tentang masalah tersebut dan menyediakan sebuah “Peta Jalan Strategis” (Strategic Road Map) yang menguraikan elemen-elemen esensial sebuah usaha jangka panjang yang terkoordinasi, untuk membicarakan eskalasi krisis dengan cepat di dunia Islam. Elemen-elemen kunci strategi ini termasuk:

Identifikasi dan penangkalan ancaman.

Resolusi konflik.
Wacana teologis baru (ijtihad) rekontekstualisasi ajaran Islam untuk era modern.
Mengembangkan dan mengadopsi kurikulum pendidikan baru di seluruh dunia Islam.
Gerakan akar rumput untuk membangun konsensus sosial dan kemauan politik untuk menyelesaikan konflik.

Gerakan Pemuda Ansor akan menerbitkan “Peta Jalan Strategis” ini. Tujuan kami adalah mengembangkan sebuah jaringan internasional yang membawa pada munculnya gerakan global yang akan dipersembahkan pada kemakmuran umat manusia secara keseluruhan—dan untuk membina peradaban global yang sesungguhnya—yang diilhami oleh Humanitarian Islam, dalam hal ini Islam rahmatan li al-‘alamin, yang menjadi berkah bagi seluruh makhluk.