DARI ABDI NEGARA KE ABDI RAKYAT Catatan Hari Lahir Korpri ke 46

80

DARI ABDI NEGARA KE ABDI RAKYAT
Catatan Hari Lahir Korpri ke 46

Oleh : Ruchman Basori

Buruh pabrik, petugas parkir, satpam, penjaga toko, pelayan restoran namanya pegawai. Pramugari, pramuniaga, pramusaji, itu juga namanya pegawai. Pun petugas atau tenaga yang melayani di kantor-kantor pemerintahan disebut pegawai juga. Semula disebut Pegawai Negeri Sipil kini disebut Aparatur Sipil Negara (ASN). Hari ulang tahunnya mengikuti organisasinya yaitu Korp Pegawai Negeri (KORPRI).

Berbaju batik warna biru dengan logo pohon beringin itulah yang menjadi kebanggaan, walau belakangan aparatur ini tak lagi bangga dengan baju kebesarannya. Itu tak lepas dari sejarah kelam rezim sebelumnya, yang menempatkan pegawai negeri hanya sebagai perpanjangan tangan penguasa, daripada mengedepankan kepentingan rakyat. Orientasi politik lebih dominan daripada orientasi pada kepentingan kebangsaan dan kemanusiaan.

Sering terlambat datang, kurang cekatan dan kerja keras dan hanya menunggu gaji bulanan, pernah disematkan ke aparatur negara ini. Daya pikir dan kekritisan dalam membangun suasana kerja nyaris tak terjadi. Daya juang dan demi pengabdian nyaris luntur. Simbol-simbol negatif yang sering dibandingkan dengan tenaga profesional di lembaga-lembaga swasta kerap kita dengar. Itu berawal dari buruknya sistem rekrutmen, penempatan, pembinaan dan pemberdayaan, reward and punishman sampai evaluasi PNS. Kepatuhan dan rutinitas kerja keseharian yang sangat mulia, menjadi cibiran karena kondisi bangsa tak sebagaimana diharapkan publik sebagai pemberi amanah. Itulah masa kelam pegawai negeri kala itu.

Kini, tentu publik banyak berharap, pegawai negeri harus berubah, baik paradigma berfikir, performance, peningkatan layanan dan segala hal yang mengatur hajat rakyat. Kebanggaan sebagai aparatur negara dan rakyat harus ditumbuhkan. Cara berfikir pragmatis dan serba materi harus dijauhkan. Semangat melayani, kerja berorientasi prestasi dan pengabdian tiada henti menjadi prinsip. Anak bangsa di negeri ini berharap banyak akan kiprah memajukan negeri dari para pegawai ini. Ya pegawai negeri yang harus juga sebagai pegawai yang melayani dan berpihak pada kepentingan rakyat. Diperlukan perubahan paradigma dan nama dari aparatur negara menjadi aparatur rakyat.

Pegawai negeri harus menjadi model, contoh dan uswah hasanah masyarakat lainnya. Di masyarakat harus menjadi daya lekat dan pemikat. Menjadi dinamisator dan motivator serta menjadi garda terdepan dalam perang melawan korupsi, narkoba dan radikalisme serta terorisme. Kendatipun di beberapa tempat dijumpai pegawai negeri yang malah mengusung idiologi khilafah yang jelas-jelas makar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menjadi tidak masuk akal, negara yang membayar sebagai aparatur malah dia merongrong, tidak setia terhadap NKRI.

Dibalik tugas dan tanggungjawab yang besar, memang belum sebanding dengan reward yang diberikan. Gaji bulanan dan tunjangan serta pendapatan yang syah lainnya sering belum mencukupi kebutuhan hidup. Miris mendengar para pegawai negeri rendahan yang untuk sekedar naik kereta dan ojek saja kerepotan. Gali lobang dan tutup lobang menjadi kebiasaan yang tanpa akhir agar tetap eksis dalam kehiduypan. Inilah sisi lain ketika negara belum mampu memberikan reward yang seimbang dengan tugas maha berat yang diberikan.
Ya kesejahteraan ASN belum berimbang dengan beban berat yang dipikuknya. Keberpihakan rezim terhadap ASN pernah terjadi ketika negeri ini depegang oleh Gus Dur dengan kebijakannya menaikan gaji sampai 400 prosen, namun dengan catatan kalau bersalah harus dihukum seberat-beratnya. Namun demikian mereka tetap harus menjadi pelayan yang baik untuk sebesar-besar kepentingan rakyat, bukan kekuasaan, bukan uang apalagi hanya jabatan.

Yang harus dihindari ASN adalah berbuat serba uang, jabatan dan kekuasaan. Harus diganti dengan bekerja dan berbuat didasarkan pada penciptaan suasana pemerintahan yang bersih dan melayani rakyatnya. Pemerintah yang menyayangi dan mensejahterakan bukan pemerintah yang berpihak pada pemilik modal, kapitalisme dan segala golongan yang merugikan kepentingan rakyat sebagai pemegang mandat.

Tapi bagiku menjadi pegawai negeri sudah terlanjur menjadi pilihanan dan itu sudah menjadi takdir Tuhan. Harus dihadapi dan dijalankan dengan baik, karena ini adalah ibadah dan amanah yang harus ditunaikan. Selamat Hari KORPRI ke 46, semoga makin baik, naik kelas dan sejahtera.

Lapangan Banteng, 29/11/2017