Dandhy dan Kebebasan Berekspresi

92

Dandhy dan Kebebasan Berekspresi

Tahun lalu seorang seniman bernama Sudjiwo Tedjo membuat cuitan di akun twitternya. “Saya tidak setuju dengan pendapatmu, tapi saya akan bela mati-matian hakmu untuk berpendapat” sebuah kutipan yang diambil dari seorang filsuf Yunani bernama Voltaire. Bukan tanpa sebab, seniman yang memiliki nama asli Agus Hadi Sudjiwo ini mengkritik pemerintah yang menangkap beberapa aktivis terkait statement yang disampaikan oleh mereka. Dengan tertangkapnya para aktivis tersebut seperti membuktikan bahwa kebebasan berpendapat telah mati di Negara yang menjunjung tinggi demokrasi ini.

Beberapa hari yang lalu saya menonton video perdebatan antara Budiman Sudjatmiko, aktivis 98 dan salah satu pendiri PRD dengan Dandhy Laksono, Sutradara film Sexy Killers yang juga Aktivis Penggiat HAM juga Lingkungan. Video yang mengambil tema bagaimana cara menyelesaikan konflik di Papuam ini berdurasi lebih dari dua jam. Dimana dalam perdebatan yang sangat seru tersebut masing-masing panelis memiliki dalih juga dalilnya masing-masing. Saya tidak akan membahas bagaimana pandangan keduanya terkait cara meredam juha menyelesaikan konflik, tetapi saya akan membahas pada titik dimana perbedaan pola pikir dan sudut pandang tidak membuat keduanya menjadi musuh dan tidak saling sapa. Di akhir Video, saya melihat keakraban yang luar biasa diantara keduanya.

Kini, Dandhy Laksono diciduk oleh Aparat Kepolisian saat ia baru saja tiba dirumah. Konon katanya, penangkapan tersebut terkait dengan cuitan yang ia buat di akun twitternya. Entah pasal apa yang nanti akan diberikan kepadanya. Namun, saya kembali teringat apa yang dipaparkan oleh seniman pembuat buku Kelakar Madura buat Gus Dur ini. Bahwa dalam negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi ini tidak harus membuat mereka yang berbeda pendapat harus ditangkap.

Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan Kebebasan Pers adalah empat pilar demokrasi. Jika eksekutif, legislatif dan yudikatif sudah tercemar tidak lagi bisa kita jadikan pijakan untuk meminta perlindungan. Maka tinggal satu kekuatan kita ; Kebebasan Pers. Semoga yang terakhir ini dapat menjadi alat kita untuk menyampaikan aspirasi dan mengutarakan pendapat.

Azizian
Kader GP Ansor Kabupaten Bogor