Cara Anak Muda Bandung Merayakan Toleransi

229

Bandung,- Perjuangan membangun toleransi harus terus dihayati, direfleksikan dan diamalkan. Karena pada saat yang sama suara-suara bising kebencian dan intoleran masih terus nyaring ke permukaan publik.

Demikian pun, semangat toleransi tidaklah cukup dalam ruang-ruang dialog dan mimbar seminar sarat teoritis yang diantara pegiatnya sudah ma’lum dengan makna perbedaan. Kini, yang perlu terus digalakan dalam merayakan toleransi berupa pelibatan khalayak dengan cara-cara kreatif, menginsyafinya dari kehidupan nyata.

Itulah barangkali sepenggal latar gagasan sebagian anak muda Bandung menyelenggaraka acara yang bertajuk Bandung Lautan Damai yang dikenal dengan istilah Balad ini.

Menurut Wawan Gunawan, penggagas acara Balad ini, Bandung Lautan Damai diselenggarakan secara rutin di Kota Bandung dalam rangka memperingati perayaan hari toleransi internasional tiap tanggal 16 November yang dicetuskan oleh Unesco.

“Kita ingin mendaratkan pesan perdamian ini dari ruang akademik ke tengah khalayak dengan acara kreatif. Mendialogkan makna pluralisme yang mudah dicerna oleh masyarakat luas. Sekarang merupakan tahun ke 5 sejak pertama kali digagas tahun 2012”, kata Wawan dalam perbincangan kopi santai di Kantor PWNU Jawa Barat, Jl. Terusan Galunggung, Kota Bandung.

Dalam tiap tahunnya, acara Balad ini dihelat dalam aneka macam kegiatan secara berangkai dalam satu bulan penuh.

“Beberapa kegiatan yang pernah digelar diantaranya berupa bedah film, pentas musik dan teater di taman film, kampanye di care free day,  kunjugan ke sekolah dan kampus di Kota Bandung, dan sebagainya”, paparnya.

Model kreatif lainnya gerakan Balad ini pun menerbitkan kartu remi toleransi yang memuat gambar tokoh-tokoh toleransi seperti Gus Dur, YB Mangunwijaya, RA Kartini, Yap Thiam Hien, Soegijapranata; menerbitkan buku cerpen pengalaman para remaja memaknai perbedaan.

“Kami ingin terus merawat energi kreatif anak muda Bandung untuk perdamaian, jangan sampai dicuri kelompok intoleran”, ujar pria yang juga Koordinator Jaringan Kerja Antar Ummat Beragama (Jakatarub) ini.

Baginya, membangun toleransi tidak cukup digantungkan kepada pemerintah yang justru seringkali abai dengan prilaku intoleran dan tindak kekerasan.

“Sejumlah hasil penelitian lembaga non pemerintahan dalam beberapa tahun terakhir melansir prestasi Pemprov Jabar itu termaju dalam kasus intoleransi tertinggi di Indonesia.Karena itu, yang perlu digalakan untuk memajukan perdamian itu tiada lain inisiatif dari masyarakat”,  terangnya.

Untuk tahun ini rangkaian acara Balad akan digelar empat kegiatan. Kegiatan awal (16 November) dengan nonton film bareng “Krugovi” sekaligus launching acara di GKI Maulana Yusuf. Berikutnya (23 November) bedah tokoh Mr.Sunario Satrowardoyo di Museum KAA dilanjutkan kampanye di Care Free Night Jl.Cikapundung Timur, Anjangsana Sekolah dan Pesantren di Kota Bandung (24-25 November), dan puncaknya Kafe Religi (2 Desember) di Student Centre UIN Bandung. (Edi).