BELA ULAMA

469

Oleh : Nizar Maulana Malik* )

Betapa takjub nya hatiku tatkala menyaksikan “mereka” mengerahkan massa dan berdemo begitu heroiknya, yang menurut mereka, demi membela para ulama yang telah dilecehkan. Sejumlah “pembesar Islam” pidato, ceramah, dan khutbah berapi-api “mengganyang” orang-orang yang menurut mereka telah menghina ulama

Poster, spanduk, dan baliho di pajang dimana-mana sebagai “peringatan” untuk jangan sekali-kali menghina ulama karena itu adalah tindakan yang pamali. Bahkan tidak sedikit yang mengkafir-sesatkan dan menerakakan para penghina ulama ini.

Saya bayangkan jika semangat atau “spirit pembelaan terhadap para ulama” ini betul-betul dijalankan dengan fair, imbang, adil, dan konsisten tentu akan luar biasa dampaknya bagi perdamaian bangsa, toleransi Islam, dan persatuan umat beragama. Sayang seribu sayang, mereka hanya heroik, gagah perkasa, dan “membela mati-matian” kepada para ulama tertentu saja yang kebetulan “klop” dengan kepentingan, pemikiran, dan tindakan mereka.

Sementara para ulama lain yang memiliki kepentingan, pemikiran, dan tindakan berseberangan dengan mereka, sama sekali tidak mereka bela. Alih-alih membela para ulama ini, mereka bahkan melakukan “kampanye hitam” dimana-mana untuk mendiskreditkan para ulama ini. Mereka memang mengerahkan massa tapi untuk mendemo dan menggeruduk para ulama ini. Mereka bukannya bicara santun tapi malah menghina dan mengsumpah-serapahi para Ulama ini.

Masyarakat Indonesia, baik Muslim maupun bukan, masih ingat dengan terang-benderang betapa “mereka” (baik massa maupun elit-nya) dulu setiap detik menghina, melecehkan, dan mengsumpahserapahi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan sebutan “orang buta” dan sebutan-sebutan tidak pantas lain. Almarhum Gus Dur adalah seorang ulama besar serta anak dan cucu para ulama besar di Tanah Air (KH Achmad Wahid Hasyim dan Hadratu As-Syaikh Hasyim Asy’ari) yang sangat dalam keilmuwan dan wawasan keislamannya.

Mereka juga rajin menghina Habib Quraish Shihab, Kiai Said Aqiel Siradj, Kiai Mustafa Bisri (Gus Mus), Alm. Nurchlish Madjid (Cak Nur), Buya Syafii Maarif, dan para ulama besar lain di Indonesia. Bahkan Syaikh Ahmad Muhammad al-Tayep, Mufti dan Imam Besar Al-Azhar, Mesir, mereka lecehkan dimana-mana.

Jika kata “ulama” ini diperlebar makna dan cakupannya, maka lebih banyak lagi yang menjadi target atau sasaran pelecehan dan penghinaan ini. Kalau mau membela ulama, kalau bisa, bela semuanya, jangan pilah-pilih

*Penulis Merupakan Kader GP Ansor Kabupaten Purwakarta