Bansos Sembako dan Ikan Kalengan Mematikan Nelayan

422

INDRAMAYU, ansorjabaronline – Wabah pandemi COVID-19 menjadi bencana penyakit (bencana non-alam) bagi umat manusia di seluruh dunia karena penyebarannya sangat cepat dan meluas yang menelan banyak korban meninggal. Wabah ini juga telah menyerang sendi-sendi kehidupan ekonomi sosial masyarakat. Tak terkecuali dengan nelayan di Kabupaten Indramayu, apalagi setelah diberlakukannya status PSBB di Indramayu.

Melimpahnya hasil panen tambak dan juga hasil laut tak diimbangi dengan harga jualnya, membuat sebagian besar nelayan berhenti melaut.

“Sebelum Corona harga Ikan Cumi itu 40.000 Rupiah perkilogram, sekarang harganya cuma Rp. 18.000 sampai Rp. 20.000, karena permintaan di sana berkurang akibat Corona”. Keluh Winata salah satu nelayan ikan CUMI di Kabupaten Indramayu.

Tidak hanya CUMI yang terkena imbas dari Corona, komoditi laut lain pun sama, misalnya harga jual rajungan yang dulu mencapai 60.000/kg sekarang hanya 25.000.
Dampak Corona tidak hanya menyasar pada nelayan, melainkan kepada para petambak juga.
Udang api misalnya yang dulu harganya Rp 38.000/kg sekarang jatuh ke angka Rp.18.000/kg.

“Dulu banyak nelayan dan petani tambak yang menjual hasil tangkapnya di sini. Sekarang sepi karena mereka berhenti melaut” . Papar Calim Bakul ikan dan udang.

Hal di atas dikarenakan Bakul utama yang berada di Jakarta membatasi Jumlah pembelian dikarena sepi pemborong.

Hal tersebut di perparah dengan Skema bantuan sosial (Bansos) terhadap masyarakat yang terkena dampak virus corona dimana salah satu komponen dalam bantuan tersebut adalah Ikan kaleng kemasan atau sarden.

Kebijakan tersebut dinilai nelayan sangat merugikan nelayan, pasalnya hal itu membuat hasil tangkap laut tidak bisa diserap oleh pemerintah dan skema Bansos tersebut dinilai mematikan pelaku usaha kecil di daerah.

“Pemerintah lebih mementingkan mereka yang punya perusahaan atau suplier Ikan Kaleng, dari pada kami nelayan kecil”. Keluh Rustam, nelayan Sero Bagang.

Temuan temuan di atas membuktikan bahwa pemerintah dinilai gagal dalam mengatasi dampak virus corona dan juga pengentasan kemiskinan
(Samsul Bakhri)