ALASAN BANSER TIDAK TAKUT NYINYIRAN

53

Kami dari Ansor – Banser JABAR punya Tagline : ( KUMAHA MANEH )

Deni Ahmad Haidar
( Ketua PW GP Ansor Jabar )

NU Online : Serangan dan nyinyiran di media sosial yang ditujukan kepada Ansor-Banser seolah tidak pernah berhenti. Akan tetapi, hal itu tidak membuat organisasi pemuda NU itu meresponnya dengan emosi berlebihan. Sebagian besar dari mereka bahkan menganggapnya sebagai bahan hiburan.

Demikian disampaikan Ketua PW GP Ansor Jawa Barat, Deni Haidar saat menghadiri kegiatan Rapat Pleno PBNU yang digelar di Pesantren Al-Muhajirin, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (20/9).

“Kami dari Ansor-Banser Jawa Barat punya tagline ‘Kumaha Maneh’ (Terserah kamu). Mau ini mau itu terserah kamu, tidak bakal ngaruh sama pendirian dan pergerakan kami. Kami biasa saja tidak baper karena standar akhlak kami adalah kiai,” tandasnya.

Bagi Ansor-Banser, kata Deni, sosok atau tokoh yang dijadikan panutan Banser adalah kiai-kiai NU. Semua fatwa dan arahan yang disampaikan oleh para kiai NU pasti akan dilaksanakan oleh Banser.

“Banser itu takutnya sama kiai. Hanya kiai yang bisa menghentikan dan menggerakkan langkah Banser. Kalau ada kekeliruan yang dilakukan oleh Banser tentu saja para kiai akan langsung menegur. Kalau kiai masih diam saja berarti kiai merestui,” ujarnya.

Ditambahkannya, Banser tidak akan peduli dengan nyinyiran yang dilancarkan pihak-pihak tertentu, karena mereka hanya melihat Banser dari kejauhan saja. Para penyinyir tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan Ansor maupun Banser sehingga tidak paham dengan ajaran dan prinsip yang dipegang oleh Banser.

“Kami juga sudah tidak aneh dengan nyinyiran-nyinyiran yang ditujukan kepada Banser, karena orangnya ya itu itu juga yang dari dulu memang tidak suka dengan Banser,” tegasnya.

Deni melanjutkan, bagi orang yang tidak paham dengan pergerakan Banser masih ada ruang dialog untuk menjelaskan melalui tabayun. Tetapi yang repot itu adalah orang yang sejak awal tidak suka dengan Banser karena penjelasan apa pun yang disampaikan oleh Banser tidak akan pernah bisa diterima.

“Kalau misalnya dengan mem-bully Banser bisa menambah pahala dan masuk surga silahkan lanjutkan kami senang, karena kehadiran kami bisa menambah pahala dan memasukkan ke surga. Tapi jika dengan nyinyir malah tambah dosa ya berhentilah,” katanya.

Namun demikian, kata Deni, Banser selalu terbuka dan menerima kritik dari siapa pun. Hal itu karena walau bagaimana pun juga Banser adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Lebih lanjut Deni menceritakan saat ini PW GP Ansor sedang melakukan konsolidasi organisasi sebagai upaya peningkatan kapasitas dan kapabilitas Banser.

“Jadi Banser itu tidak hanya soal pakai seragam, yel-yel dan sebagainya. Tapi bagaimana Banser bisa mengkhidmahkan dirinya di tempat masing-masing, serta bisa memberikan manfaat dan maslahat kepada masyarakat,” pungkasnya.