Alan Suwgiri ; Pendidikan Indonesia Ibarat Butuh Makan di kasih Salep

328

Kuningan, (AnsorJabar Online) –

Pada pasal 9 (1), UU 23/2002 dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Alan Suwgiri, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan berpendapat bahwa Peserta didik dimana pun berada dan apapun latar belakang sosial dan ekonomi nya berhak memperoleh setinggi mungkin dan menjangkau pendidikan  berkualitas.

“Semua pihak harus menyadari dan memahami tentang arti penting dan mulianya pendidikan, tetapi di balik itu tantangan dan persoalan yang di hadapi semakin berat, rumit, dan kompleks”. Ungkap Alan.

Terutama dalam mempersiapkan generasi 2045 pada saat 100 Tahun Indonesia merdeka dan kejayaan Indonesia, lalu apa saja yang meskinya yang meskinya di persiapkan pemerintah dalam rangka menciptakan generasi emas dalam bidang pendidikan mendatang?

Berikut wawacara lengkap AnsorJabar Online dengan Alan Suwgiri, S.Pd., M.Pd . Rabu, 4 Januari 2017.

Bagai mana anda melihat kondisi pendidikan saat ini, ada harapan besar dimasa yang akan datang bisa terwujud lewat kebijakan dan sistem yang ada?

Menurut saya, secara umum pendidikan Di indonesia, antara yang dibutuhkan dengan penyelenggaraan belum sesuai. Ibarat yang di butuhkan makan tapi malah dikasih salep. Sehingga tidak nyambung. Kalau mau mengurangi pengangguran supaya semangat dan manusia enterpreneur bertambah banyak, maka harus di sesuaikan antara keinginan pasar dengan pembelajaran di sekolah

Apa kebutuhan akan pendidikan saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dari setiap levelnya?

Ketidaksesuaian tersebut menurut saya terjadi di lembaga pendidikan semua level. Untuk tingkat dasar. Materinya di anggap terlalu banyak sehingga murid dalam menentukan minat dan bakat yang menjadi bawaannya sangat sulit akibat banyak mata pelajaran. Bisa kita bayangkan anak kita berangkat sekolah itu gendong tasnya seperti jual jamu. Berat banget karena banyak buku yang di pelajarinya

Berkaitan dengan pergantian kurikulum misalnya, bagaimana menurut anda. Apakah setiap ganti Menteri harus ganti kebijakan baru?

Menurut saya, kurikulum 2013 dibentuk dalam upaya untuk membentuk desain yang sama karena sebelumnya desain dibuat berbeda. Kalau saya mencontohkan, adanya guru yang membuat desain guru lain menjadi lengah. Setelah disatukan ternyata ada ketidak sesuaian sehingga tidak menjadi produk yang pantas. Jadi kurikulum 2013, guru di sibukkan dengan penilaian siswa sehingga tidak fokus mendidik.

Kita sebagai guru jangan terjebak masalah kurukulum, tapi kita Harus bisa merubah pendidikan dari yang tradisional menjadi pendidikan moderen. Dalam arti berbasis ke Indonesian. Pendidikan harus mampu melahirkan enterpreneur – enterpreneur yang tangguh sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan Adakah harapan dan saran anda yang bisa disampaikan sebagai salah satu sumbangsih pemikiran dalam rangka pendidikan

Maka, menurut saya yang harus dilakukan. Bagaimana mengembangkan aspirasi anak didik dan aspirasi guru  akan tumbuh kreasi-kreasi dan improvisasi . Dengan demikian akan timbul suatu hal yang baru atau hasil yang baru, kualitas yang baru dan mampu bersaing dengan pasar global. Jika begitu, maka ini akan dihasilkan  kualitas produk yang mampu bersaing. Akhirnya masyarakat Indonesia akan percaya dengan produknya sendiri, tentunya diawali dengan pendidikan bagi siswa-siswa di sekolah

 

Narasumber :

Alan Suwgiri, S.Pd., M.Pd  Merupakan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan juga Pendiri SMK Cendikia Utama Kuningan  dan MA Nurul Huda Kertawangunan Kuningan