Agamaku Bukan Agama “Pendendam” (Bagian 3)

79

Oleh: Vinanda Febriani

Terus terang saja, aku tidak nyaman dengan tindakan orang-orang yang acapkali menggunakan agama atau kepercayaan untuk menjatuhkan martabat atau bahkan untuk membunuh seseorang demi merebut suatu keinginan ataupun kekuasaan. Aku tidak menyukai tindakan yang mereka lakukan, membawa dengan mencoreng nama dan makna “Agama” hanya untuk memperlancar kepentingan mereka.

Masih ingat apa yang dilakukan oleh Ibnu Muljam kepada Khalifah Ali?. Membunuh dengan alasan agama, padahal hanya karena perbedaan pandangan politik semata. Ku kira tragedi itu hanya ada di masa ke-Khalifahan saja. Namun nyatanya, saat ini telah banyak pemahaman yang sama (atau mirip) dengan Ibnu Muljam.

Perbedaan pandangan, pendapat dan keyakinan bukanlah menjadi alasan agar kita saling bertengkar bahkan hingga saling membunuh. Hal itu sama sekali tidak dibenarkan dalam agama apapun. Tidak ada agama yang mengajarkan permusuhan, pertengkaran, adu domba dan bahkan pembunuhan. Semua agama itu mengajarkan cinta kasih kepada sesama manusia. Hanya saja, terkadang manusia terlalu memupuk keegoisan dirinya sehingga dengan sesuka hati menafsirkan perintah atau larangan dalam agama tersebut.

Mari kita contoh suri tauladan kita dalam beragama (muslim). Yakni, Baginda Agung Nabiyullah Muhammad SAW. Pernahkah beliau membunuh atau memerangi manusia tanpa alasan yang jelas dan diperbolehkan serta diperintahkan oleh Allah?. Bahkan Ia menghormati seorang Yahudi tua, menyuapi seorang Kafir Quraisy yang buta. Padahal jika Rosulullah mau, maka dibunuhlah mereka. Namun tidak, Rosulullah sadar betul bahwa agama yang didakwahkannya adalah agama suci, agama penuh kasih sayang, agama yang rahmatan lil alamin. Bukanlah agama pendendam seperti yang saat ini telah banyak dimunculkan oleh oknum yang mengaku “beragama” di dunia ini. Juga bukan agama yang keras, bukan agama yang menghalalkan darah yang diharamkan oleh Allah (untuk membunuhnya), apalagi agama yang memusuhi toleransi dan budaya. Islam yang dibawa dan didakwahkan oleh Rosulullah adalah Islam yang Rahmatan lil alamin, Rahmat bagi seluruh alam.

Ingatlah bahwa manusia adalah makhluk, bukan Tuhan. Manusia hanyalah seorang hamba yang masih menghamba kepada Tuhannya. Tidaklah menjadi hak bagi kita untuk berlaku sewenang-wenang kepada makhluk lain, tidak terkecuali kepada sesama manusia, apapun alasannya.

Ingat tragedi yang terjadi di Egypt, Mesir pada Jum’at, (24/11/2017). Tragedi pengeboman dan penembakan orang-orang yang sedang khusu beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannya, malah berakhir merana. Dilempar bom dan ditembaki peluru oleh suatu oknum yang konon mengaku beragama. Ratusan korban tewas, puluhan lain luka-luka. Jelas ini adalah sebuah pembantaian dan penistaan terhadap agama yang nyata. Sebab, agama tidaklah mengajarkan yang demikian. Terus terang saja, menurutku itu bukanlah tindakan yang mencerminkan sosok umat beragama, bahkan tidaklah mencerminkan sosok manusia yang memiliki hati nurani dan perikemanusiaan.

Berhentilah menggunakan ayat atau nama agama untuk merugikan bahkan mengancam nyawa manusia lain hanya karena keberbedaan suatu hal. Sebab upaya tersebut hanya membuat diri kita terjerumus kepada kemaksiatan dan kedzaliman. Jikapun kalian ingin berdakwah, maka dakwahlah dengan benar. Dakwahlah tanpa mencaci, memaki, menfitnah, mengadu domba bahkan mengancam atau membunuh jiwa manusia lain. Dakwahlah dengan hati yang tenang tanpa memusuhi atau membantai. Dakwah santun dan menuntun seperti yang diajarkan oleh Rasulullah.

Karena kita ini manusia yang masih menghamba, jadi jangan pernah bertindak semena-mena kepada siapapun tak terkecuali kepada yang berbeda. Sungguh, berbeda tanpa mempermasalahkan yang beda itu istimewa.

Agama bukan tempat untuk mengadu domba.
Tetaplah dalam lingkup kewarasan akal dan nurani kita.

Vinanda Febriani. Borobudur, 26 November 2017.