Acep Rawat Kebhinekaan Bila Tak Ingin Indonesia Pecah seperti Uni Soviet

71

KH. Acep Muhammad YahyaKetua Rijalul Ansor Kab. Kuningan Hebatnya Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Sebuah semboyan yang menyatukan bangsa Indonesia walaupun memiliki 1340 suku, 742 bahasa, 4 ras dan juga agama. Uni Soviet, sebuah negara dengan kekuatan ekonomi, politik dan militer yang luar biasa. Bahkan dulunya pernah menjadi salah satu pemegang hegemoni dunia bersama Amerika Serikat. Namun negara super power tersebut saat ini hanyalah tinggal kenangan, karena negara tersebut pecah menjadi 15 negara-negara kecil.

Dia menyebutkan ada 2 faktor penyebab pecahnya sebuah negara yaitu faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal tentang membangun kelas menengah. Bila negara didominasi kelas menengah, masyarakatnya akan lebih dewasa dalam memahami demokrasi, sedangkan negara yang didominasi kelas bawah akan sangat rentan untuk munculnya konflik. Pecahnya sebuah negara biasanya diawali oleh konflik-konflik kecil yang kemudian berkembang menjadi besar.
Dari faktor eksternal yaitu berkaitan dengan hubungan antarnegara. Dunia saat ini dikuasai oleh kekuasaan barat yang disebut monopolar. Sehingga bisa memaksakan paham-pahamnya digunakan oleh negara lain dengan standar negara pemegang hegemoni dunia tersebut. seperti standar demokrasi, maupun infiltrasi melalui budaya.

KH. Acep Muhammad Yahya yang Juga Pengasuh Ponpes menyampaikan potensi-potensi konflik yang dapat berakibat kepada disintegrasi bangsa terjadi hanya karena perbedaan pandangan, yang kemudian menyebabkan polarisasi dalam masyarakat.
Masa-masa Pemilihan Pemilu serentak tahun 2019 sebelumnya bisa menjadi referensi, bagaimana potensi konflik yang sangat tinggi. “Hoaks telah menjadi santapan kita sehari-hari, bahkan hoaks telah menjadi sebuah industri yang menguntungkan secara materi. itulah sebabnya hoaks terkapitalisasi sangat luar biasa” ujar putra asal Ancaran ini.
“Masyarakat dengan tingkat literasi yang rendah, akan sangat mudah terpapar isu hoaks, karena kemampuannya memahami isi sebuah narasi. untuk itu perlu komunikasi dan dialog yang intensif kepada publik agar terbiasa kritis terhadap sebuah isu” katanya.
KH. Didin Misbahudin (Ketua Ansor)Mengajak Kepada kader” Ansor sahabat harus menjadi figur yang kritis dan mampu mengisi ruang-ruang publik melalui komunikasi di media sosial dan media-media mainstream lainnya. bila masyarakat tersosialisasikan dengan baik tentang isu-isu sensitif, maka publik akan bisa merespon secara positif. Indonesia akan terus utuh bila semua komponen bangsa memiliki kesadaran dalam merawat kebhinekaan Indonesia”